Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam mengingatkan masyarakat untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan (prokes) dengan selalu mematuhi 5 M (Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi). Hal itu untuk mengantisipasi dan mencegah penularan virus corona, yang hingga kini belum sepenuhnya bisa diatasi.
- Reisa Broto Asmoro : Sukseskan 3 T dan Vaksin Sesuai Dosis
- Baznas Rembang Bagikan Ribuan Kaleng Daging Olahan
- Cakupan Vaksin Anak Capai 1.228, DKK Salatiga Tunggu Alokasi Tambahan dari Pusat
Baca Juga
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam mengingatkan masyarakat untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan (prokes) dengan selalu mematuhi 5 M (Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi). Hal itu untuk mengantisipasi dan mencegah penularan virus corona, yang hingga kini belum sepenuhnya bisa diatasi.
‘’Saya ingatkan masyarakat, khususnya warga Kota Semarang, untuk jangan lengah dan tidak bosan untuk mematuhi prokes 5 M. Saat ini saja, saya lihat sudah ada masyarakat abai prokes dengan malas memakai masker. Saya imbau, jangan abai karena virus ini belum bisa sepenuhnya dikendalikan,’’ tegas Abdul Hakam, kepada RMOL Jateng, Senin (24/5).
Menurut Hakam, kendati sudah ada program vaksinasi, namun tidak serta merta masyarakat dapat mengabaikan prokes 5 M. Sebab, meskipun sudah divaksin, bukan berarti seseorang dapat bebas sepenuhnya dari paparan Covid-19.
Menurut Hakam, saat ini, tercatat ada 667 kasus baru di Kota Semarang yang diketahui sudah mendapatkan suntikan vaksin baik dosis pertama maupun sudah sampai dosis kedua.
Dikatakan, menurunnya prokes pada orang yang telah divaksin dapat menyebabkan mereka terpapar Covid-19, meski dengan gejala ringan. Pasalnya, vaksin bukan obat dari virus covid-19.
"Dosis 1 yang terpapar 350 orang, dosis 2 yang terpapar 317 orang sehingga totalnya 667 kasus,’’ ungkap Hakam.
Dari jumlah itu, korban yang meninggal 20 orang, yakni 19 orang yang baru menerima suntikan pertama dan 1 orang setelah suntikan dosis kedua, mereka yang meninggal rata-rata lansia dengan komorbid," imbuhnya.
Rata-rata orang yang terpapar meski sudah mendapat vaksin, kata Hakam, adalah para lansia dan juga memiliki penyakit bawaan atau komorbid. Selain itu orang-orang dengan mobilitas tinggi seperti pekerja BUMN dan Akademisi tercatat juga banyak terpapar meski telah divaksin.
‘’Meski telah dilakukan vaksin hingga dosis kedua, bukan berarti orang tersebut akan kebal dan tidak akan bisa terinfeksi virus corona. Orang yang telah divaksin masih bisa terpapar jika meninggalkan protokol kesehatan dengan tidak memakai masker diluar rumah, tidak sering mencuci tangan, tidak menjaga jarak, berkerumun hingga memiliki mobilitas yang tinggi,’’ paparnya.
Dia menyebut, pihaknya akan melakukan evaluasi setelah adanya kasus kematian pascavaksinasi lansia. Termasuk lansia sebelum vaksin harus ada rekomendasi dari dokter spesialis apakah mereka layak divaksin atau sebaliknya.
"Nanti kami pelajari. Lansia harus ada rekam medis dari dokter spesialis. Di sisi lain, lansia harus dilakukan swab antigen untuk memastikan dalam tubuhnya benar-benar tidak mengandung virus sebelum dilakukan vaksinasi, untuk usia produktif tidak boleh memiliki komorbid dan minimal harus swab antigen dulu, ini nanti akan kami usulkan ke Kementerian Kesehatan," paparnya.
Program vaksinasi dari pemerintah di Kota Semarang, terus berjalan. Untuk pelayan publik yang mendapatkan jatah vaksinasi di awal tahun 2021, pelaksanaannya hingga saat ini sudah mencapai 90% , sedangkan untuk lansia yang saat ini sedang menjadi prioritas, pelaksanaannya mencapai 65% dari total 430 ribu yang sudah divaksin. [sth]
- Pemkot Semarang Tutup Sementara Sentra Vaksin
- Pastikan Penuhi Syarat Kesehatan, Dinkes Kota Pekalongan Visitasi Tempat Pengelola Pangan
- Kasus Positif Covid-19 Terus Turun, Jangan Sampai Kehilangan Fokus