Kerajaan Inggris punya sikap yang bertolak belakang dengan sekutunya Amerika Serikat mengenai Yerusalem. Inggris mengakui kota suci tiga agama tersebut sebagai milik Palestina. Sikap Negeri Ratu Elizabeth ini sungguh mengagumkan.
- Presiden Argentina Didakwa Langgar Aturan Karantina Covid-19
- Raja Maroko Ingin Strategi Pembangunan Negara Dievaluasi
- Xiaomi Salip Apple Di Pasar Smartphone Global
Baca Juga
Sikap mengenai Jerusalem ini dikemukakan Duta Besar Inggris untuk Israel
David Quarrey. Ia menyebutnya saat tengah menyampaikan rencana
kunjungan Pangeran William ke Israel dan Tepi Barat.
"Semua terminologi yang digunakan dalam program ini konsisten dengan sikap pemerintah Inggris selama bertahun-tahun. Ini juga konsisten dengan kebijakan pemerintah Inggris," jelas Quarrey dalam konferensi pers di kediamannya di Ramat Gan, dilaporkan Times of Israel dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL
Menurut jadwal kunjungan resmi, Pangeran William akan melakukan perjalanan pertama ke Yordania pada 24 Juni. Dari Yordania, perjalanan Duke of Cambridge itu dilanjutkan ke Israel dan Tepi Barat pada 25-27 Juni.
Selama di Israel, Pangeran William akan mengunjungi Yad Vashem Holocaust Memorial Museum serta bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Reuven Rivlin. Kemudian, di Tepi Barat, ia akan bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Dalam jadwal resmi yang diterbitkan pekan lalu, menunjukkan Inggris masih menganggap Kota Tua Yerusalem sebagai wilayah Palestina yang diduduki Israel.
"Pada 27 Juni, kunjungan akan diteruskan ke wilayah pendudukan Palestina dan pada 28 Juni Pangeran William akan menerima penjelasan singkat tentang sejarah dan geografi dari Kota Tua Jerusalem dari di Bukit Zaitun," begitu tulis dalam jadwal resmi.
Pangeran William sendiri tidak akan membahas Deklarasi Balfour dalam kunjungan itu. Untuk diketahui, melalui deklarasi ini, tepat seabad lalu pemerintah Inggris menyatakan dukungan terhadap pembentukan negara Israel di wilayah Palestina.
Quarrey menegaskan, kunjungan pria yang berada di urutan kedua garis tahta Kerajaan Inggris itu tidak berkaitan dengan politik sebagaimana perjalanannya ke negara lain. Justru, Pangeran William sangat menantikan kunjungannya ke Israel.
"Duke bukan sosok politik. Dia akan berada di sini untuk melihat wilayah ini dan bertemu dengan beberapa orang di sini. Juga untuk melihat apa yang terjadi di sini, beberapa keberhasilan luar biasa dalam teknologi, beberapa budaya hebat di sini," katanya.
"Ini adalah kunjungan resmi pertama yang dilakukan anggota senior keluarga kerajaan. Saya pikir kunjungan ini akan sukses besar. Saya berharap kunjungan ini akan menjadi perayaan kemitraan antara Inggris dan Israel," tambah Quarrey.
Pangeran William sebetulnya juga dijadwalkan mengunjungi Bukit Bait Suci, Gereja Makam Suci, Gereja Johanes Pembaptis, serta Tembok Barat, yang semuanya terletak di dalam Kota Tua Yerusalem. Namun, tak satu pun dari situs-situs tersebut secara khusus tercantum dalam rencana perjalanan kerajaan. Quarrey tidak menjelaskan rencana kunjungan Pangeran William ke Yordania dan ke Otoritas Palestina. Dia juga tidak mengkonfirmasi laporan yang menyebutkan Pangeran William akan mengunjungi Tembok Barat, meskipun dua sumber mengatakan kepada Times of Israel bahwa situs suci Yahudi itu menjadi bagian dari jadwal kunjungannya.
Jika William mengunjungi Tembok Barat, maka kunjungannya itu mungkin akan bersifat pribadi, seperti yang dilakukan pejabat-pejabat asing lainnya. Kunjungan pribadi tidak mengharuskan William untuk ditemani perwakilan resmi dari negara tuan rumah, sehingga memungkinkan dia untuk menghindari masalah kedaulatan.
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump juga berkunjung ke Tembok Barat dan Gereja Makam Suci. Kunjungan itu terdaftar sebagai kunjungan pribadi. Kunjungan serupa juga dilakukan Kanselir Austria Sebastian Kurz, pekan lalu.
Pangeran William sebetulnya juga dijadwalkan menyampaikan pidato di resepsi yang diselenggarakan Konsul Amerika di Yerusalem. Namun, protokol mencegahnya membuat pernyataan yang mungkin dianggap partisan.
Sikap Inggris yang mengakui Jerusalem sebagai daerah Palestina menuai kemarahan politisi sayap kanan Israel.
"Yerusalem sudah menjadi ibu kota Israel sejak lebih dari tiga ribu tahun. Tidak ada distorsi dalam dokumen briefing untuk kunjungan ini atau itu akan mengubah kenyataan," tulis Menteri Urusan Yerusalem Zeen Elkin dalam akun Twitter-nya.
- AS Nilai Putin Sebagai Preman Pengganggu Ketertiban dan Hancurkan Demokrasi
- Pangkalan Militer Rahasia Dibangun di Pulau Terpencil Di India
- Indonesia-AS Lakukan Dialog Strategis Perdana