Anak-Anak Muda Di Semarang Ternyata Tak Begitu Suka Nongkrong Di Luar, Pengamat: Tren Buang-Buang Uang Dan Waktu

Tempat Nongkrong Di Semarang Saat Malam Minggu. Dicky A Wijaya/RMOLJawaTengah
Tempat Nongkrong Di Semarang Saat Malam Minggu. Dicky A Wijaya/RMOLJawaTengah

Untuk menikmati malam Minggu, anak-anak muda di Kota Semarang ternyata lebih suka suasana damai jauh dari keramaian. Buktinya, beberapa kafe dan tempat nongkrong sepi pengunjung. 


Padahal, kebalikannya libur akhir pekan seharusnya ramai pengunjung. Sepertinya, banyak anak-anak muda yang tidak suka nongkrong di kafe atau malam mingguan. 

Mungkin saja ada berbagai pertimbangan untuk tidak keluar meski malam Minggu. Bisa jadi demi hemat uang atau dasarnya tidak tertarik. 

Malam mingguan bagi sebagian orang termasuk boros dan buang-buang waktu maupun uang. Pengamat Sosial Universitas Katolik Soegijapranata, Hermawan Pancasiwi, mengatakan malam mingguan atau jalan-jalan adalah tren. Pasti tak semua orang suka dan bisa senang-senang dengan model satu orang dan lainnya, soal selera. 

"Nggak bisa semua orang sama. Masing-masing anak-anak muda punya hobi tertentu. Nongkrong kadang-kadang perlu untuk mencari tempat asyik, bisa santai, ngobrol-ngobrol sambil ngopi, atau pas banyak pikiran. Tetapi, 'kan nggak setiap hari," terang Hermawan. 

Bila dalam ketertarikan individu, Hermawan menilai, pertimbangan biasanya pemikiran tentang penting atau tidak perlu. Pemikiran untuk nongkrong dan sebagainya secukupnya sesuai kondisi keuangan, pas ingin, atau bila ada perlu saja. 

"Pilihan sih. Ada orang-orang hidupnya butuh bahagia ngopi di kafe, rokokan, kumpul-kumpul bareng, termasuk keinginan dia sendiri. Akhirnya jadi tren disukai banyak orang. Muncul hobi nongkrong di kafe bareng teman-teman biar ramai. Ya, namanya gaya hidup tak mungkin dibatasi, setiap orang punya porsi sesuai kebutuhan, atau keinginan. Namun, orang-orang normal juga mempunyai kontrol. Bisa ditunda kalau tidak begitu penting/perlu. Jika tidak, 'kan waktunya bisa untuk kegiatan lebih urgent," kata Hermawan tambahkan lebih jelas. 

Hobi dan gaya hidup jika dikaitkan dengan aspek sosial atau keuangan pasti akan bertentangan. Itu pun, lanjut Hermawan, sangat berpengaruh, bahkan membuat orang-orang lebih memilih untuk punya pikiran mending tidak jadi nongkrong atau menikmati akhir pekan dibandingkan boros. 

"Waktu dan uang sama-sama berharga. Orang-orang tentu saja berpikir, ah lebih baik besok saja. 'Kan yang utama dan penting kebutuhan sehari-hari cukup, untuk nongkrong dan atau lain-lain kurang penting bisa nomor sekian. Maka banyak, Minggu atau libur, tidak kemana-mana, di rumah, tetap kerja, ya demi kebutuhan sendiri dan tanggung jawab," Hermawan akhiri perakapan.