Film dokumenter Dirty Vote yang tayang di masa tenang kampanye Pilpres 2024 menuai kritik dari pengamat politik Ujang Komarudin dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI). Menurutnya, film tersebut dimaksudkan sebagai propaganda politik untuk menjatuhkan paslon Prabowo-Gibran unggul dalam berbagai survei elektabilitas.
- Paska Dilaporkan Kader PDIP ke DKPP, Ketua KPU Solo Mundur
- Moeldoko Lebih Teruji Dibanding Prabowo Dan AHY
- Incar Ceruk Suara Buruh Rokok, Hartopo-Wahib Optimis Menang 60% Di Pilkada Kudus
Baca Juga
"Film Dirty Vote ini kelihatannya sengaja dipublikasikan di masa tenang, dengan tujuan untuk menjatuhkan, untuk menghantam kubu lawan, begitu kesannya," ujar Ujang, Senin (12/2).
Ujang mengatakan, film tersebut berusaha menurunkan elektabilitas Prabowo-Gibran yang berpotensi menang di putaran pertama. Dengan demikian, paslon lain bisa meningkatkan elektabilitasnya.
"Yang tadinya elektabilitasnya tinggi, hendak diturunkan, supaya yang lain bisa naik elektabilitasnya," terang Ujang.
Ia menambahkan, film tersebut seakan-akan menunjukkan adanya kecurangan dari pihak Prabowo-Gibran. Padahal, ia menilai, kecurangan pemilu bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus dari kubu tertentu.
"Ada kesan ada skenario yang ingin menuduh kecurangan kepada pihak tertentu, padahal belum tentu juga curang," kata Ujang.
"Karena yang saya lihat, kecurangan itu bisa dilakukan oleh siapa saja, oleh semua peserta pemilu, tidak hanya oleh kubu tertentu," tegas Ujang.
Sementara itu, Direktur P3S, Jerry Massie mengecam penayangan film Dirty Vote di masa tenang Pemilu 2024. Ia menduga, film tersebut merupakan propaganda politik untuk menjelekkan Prabowo-Gibran.
Dari satu sisi, Jerry melihat film itu seolah-olah menyerang Prabowo-Gibran. Secara tersirat dan berimplikasi negatif terhadap Prabowo.
"Jadi, film ini sepertinya dibuat dengan sengaja bukan untuk membuat pemilu bersih," tutur Jerry Massie.
Di sisi lain, Jerry menangkap Bivitri lebih condong ke capres Anies. Ia berpendapat, semua manusia memiliki dosa.
"Jangan sok suci yang penting kita mau mengubah sifat dan karakter kita seperti yang ditunjukkan Prabowo dengan program memberi makan anak-anak dan fakir miskin," ungkapnya.
Lebih jauh, Jerry menilai jika film tersebut ada keterlibatan Mahfud MD, maka ini adalah film propaganda pemilu.
"Jadi, film Dirty Vote bukan film dokumenter murni yang tidak ada unsur keberpihakan, tidak ada titipan, atau tidak ada yang menunggangi," jelasnya.
Oleh karena itu, Jerry menyarankan agar sesuai aturan PKPU di masa tenang, tidak ada penayangan film seperti film konspirasi ini.
"Lebih ke arah politisasi film. Ini harus ditindaklanjuti oleh KPU, telusuri kenapa film ini dibuat, siapa otaknya, dan apakah ini hanya sengaja menyerang Prabowo-Gibran," pungkasnya.
- Jelang Pencoblosan Caleg Kian Gencar Sosialisasi Gaet Suara Masyarakat
- Suka Duka jadi KPPS Pemilu 2024: Hem Basah, Kering, sampai Basah Lagi
- Golkar Kendal Raih 8 Kursi di DPRD, Ketua DPD: Kinerja Kader Luar Biasa