Berteman Asap, Menjemput Rejeki untuk Keluarga

Seorang pengemudi ojek online sedang menghantarkan pesanan kepada pelanggan. Dok Gojek
Seorang pengemudi ojek online sedang menghantarkan pesanan kepada pelanggan. Dok Gojek

Kala pembatasan diberlakukan dan situasi mencekam, pengemudi ojek online tetap mengaspal. Meningkatnya kasus Covid-19 memaksa pemerintah untuk memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk menekan mobilitas penduduk.


Pengemudi ojek online sudah dilengkapi vaksin demi kenyamanan bersama. Dok Gojek Pengemudi ojek online sudah dilengkapi vaksin demi kenyamanan bersama. Dok Gojek 

Keyakinan menjadi kunci para pengemudi ojek online bertarung di jalanan. Andrey Nugroho hanya memikirkan dua buah hatinya saat memanaskan motor sebelum berangkat. "Orderan sudah mulai ramai lagi, mulai Go Ride, Go Food maupun Go send," ungkap Andrey yang sudah menjadi mitra GOJEK selama empat tahun ini, di Semarang, Kamis (18/11). 

Pria asli Semarang ini memiliki target sehari sekitar 20 x mengambil orderan. Target ini pun sudah dilakukan sejak sebelum pandemi Covid-19 melanda. Dia membatasi jam operasional mulai pukul 07.00 hingga sekitar pukul 17.00. Namun, target tersebut tidak selalu tercapai selama pandemi. 

Bahkan, pada awal penetapan pandemi 2020 jumlah orderan yang masuk sedikit tidak sampai 10x. Kemudian, berangsur-angsur menanjak dan didominasi Go Food. Hal ini termasuk orderan untuk pesanan bagi pelanggan yang harus menjalani isolasi mandiri di rumah. 

“Saya tidak takut bertemu pasien karena biasanya mereka sudah menyediakan tempat atau cantolan makanan. Kalau kita tidak mau ambil orderan, kasihan mereka tidak bisa makan gimana mau sembuh,” ungkapnya. 

Saat pemberlakuaan PPKM menjadi periode seram bagi pengemudi ojek online. Dalam satu hari, dia pernah hanya mendapat 10x orderan Go Food. Kondisi sempat berlangsung lama seiring penerapaan kebijakan pembatasan dengan level. “Saya hanya mengandalkan GOJEK, tidak ada pekerjaan lain,” ungkapnya. 

Angin segar dirasakan saat pelonggaran aktivitas, termasuk penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kota Semarang. Dia lantas mengaktifkan orderan lebih pagi demi menghantarkan orderan anak sekolah. “Kebetulan lokasi rumah berdekatan dengan sekolah-sekolah negeri jadi lumayan orderan ramai,” ungkapnya. 

Tak jauh berbeda kisah Ali Maskhur, pengemudi ojek online yang menyediakan layanan Go Car. Mantan tenaga pemasaran di salah satu perusahaan di Kota Semarang. Pada mulanya hanya menjadikan sebagai sampingan saat berangkat atau pulang dari kantor. Namun, awal tahun ini kantornya memilih tutup operasional dan merampingkan karyawan. 

“Saya memilih PHK daripada pindah ke luar Jawa. Akhirnya saya menekuni sebagai pengemudi dan hasilnya juga lumayan,” katanya. Kisah menarik menghampiri sebagai pengemudi di masa pandemi Covid-19. Salah satunya menghantarkan pasien ke rumah karantina seperti Rumah Dinas Wali Kota Semarang. 

Dia mengatakan, ada pembicaraan awal begitu tahu pelanggan memilih rumah karantina sebagai tujuan. Dia meminta pelanggan untuk memakai masker dobel, membuka jendela serta tidak menggunakan AC selama perjalanan. 

“Ya udah pasrah saja. Mereka juga sedang susah masak kita ga bantu,” ujarnya tertawa kepada RMOL Jateng, Senin (15/11). 

Ali memilih menerapkan protokol kesehatan demi keselamatan dirinya dan keluarga. Saat pulang ke rumah saat melepas pakaian dan barang yang dikenakan di garasi dan langsung menuju ke kamar mandi. Kemudian, dia mencuci kendaraan meski pulang larut. Setelah memastikan semua bersih, dia akan berinteraksi dengan keluarga dengan nyaman. 

“Papa sudah (usia) lanjut dan sudah dipasang ring jadi kita anak-anaknya yang harus melindungi saat pulang ke rumah,” ungkapnya. 

Ke depan dengan situasi pandemi yang belum diketahui kapan berakhir, masyarakat diharapkan selalu mempercayakan layanan perjalanan orang, barang, maupun makanan kepada GOJEK.