Bisnis Makanan Makin Menjual Lewat Media Sosial

Karyawan emak.id sedang merekam produk yang akan dijual secara online lewat media sosial, Minggu (26/6). RMOL Jateng
Karyawan emak.id sedang merekam produk yang akan dijual secara online lewat media sosial, Minggu (26/6). RMOL Jateng

Manisnya bisnis makanan menjadi magnet yang tidak akan ada habisnya. Pemasaran digital turut mendorong usaha rumahan tak lagi remah-remah.


Sebuah gerobak didominasi hijau di Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang terlihat aktivitas menyiapkan bahan dan peralatan mengolah makanan. Adalah Dewi Tri Wulan Sari, pelaku kuliner sekaligus pemilik Kedai Goceng 5.000, memastikan semua perlengkapan sembari sesekali melihat gawai untuk mengecek pesanan masuk.  

Dia berkisah, sebelum membuka kedai ini sudah berjualan makanan dilakukan dari rumah. "Saya dari kuliah sudah berjualan online, terus bekerja kantoran dan memutuskan resign saat menikah. Aktivitas berjualan sempat berhenti karena hamil dan melahirkan dan belakangan aktif berjualan kembali karena anak-anak sudah masuk sekolah," kata ibu dari anak kembar ini.

Berwirausaha sedari menjadi mahasiswa guna menjajal kemampuan marketing. Saat itu sekitar tahun 2011 dia berjualan baju dan import dan memasarkan secara daring. 

"Saat itu sudah menggunakan Smartfren dan berlanjut sampai sekarang. Puji Tuhan mencari usaha tambahan uang saku berhasil," kata alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga ini diselingi gelak tawa. 

Dewi mengaku tidak bisa berpangku tangan saat mengoperasikan gawai miliknya. Kesetiaan menggunakan Smartfren diakui karena mudah diperoleh di counter-counter telepon seluler. "Hampir semua counter di Lasem dan Rembang tersedia meski tidak ada galeri Smartfren," kata dia. 

Terlebih saat ini, hampir semua aktivitasnya ditunjang internet. Hingga akhirnya membuka usaha kuliner saat kembali ke kampung halaman. Dia menggunakan paket Unlimited untuk membuat foto dan video lantas diunggah di media sosial serta media percakapan. 

Berbagai jenis makanan hasil kreasinya mulai dipromosikan seperti es kuwut, burger dan mie pelangi rica-rica. Bahkan, dia memberikan delivery order (DO/ layanan atar) sejak pandemi Covid-19. 

"Smartfren sangat mendukung usaha di bidang kuliner, kadang saya gunakan untuk menelepon pelanggan karena ada bonus bicara untuk semua operator. Sinyal kuat untuk memudahkan menjangkau dan berkomunikasi dengan pelanggan," terang dia. 

Kehidupan modern menjadi lebih mudah berkat kontribusi besar teknologi internet untuk komunikasi serta berbagi informasi. Seperti yang dirasakan Pemilik usaha kuliner Emak.id, Diah Ayu Kartikasari mengawali usaha dengan pemasaran online dimulai tahun 2017.

Produk pertama kuliner adalah eclairs, yang belum ada di Kudus. Dia menerapkan sistem pre order dan diantarkan ke rumah pelanggan keesokan harinya. 

Booming media sosial dan media percakapan turut mempengaruhi kelancaran usaha. Berbekal Instagram dan WhatsApp saat mengunggah foto atau video berhasil menjaring pelanggan dari lingkungan terdekat. Kemudian, hari lepas hari pelanggan terus bertambah. 

Produk yang dijual makin beragam seperti lasagna, roasted chicken, banana byar dan aneka dessert. Dalam benaknya terbersit keinginan mengembangkan usaha dengan membuka di gerai di pusat perbelanjaan. 

"Pernah buka di mall trus tutup. Kembali berjualan dari rumah. Hingga akhirnya memutuskan membuka usaha offline sekitar enam bulan lalu," terang dia. 

Alasannya pekerja semakin bertambah sedangkan rumah tidak lagi cukup menampung untuk aktivitas produksi. Diah membuka cafe di Jalan Lingkar Utara Peganjaran Kudus Ledok, Karangmalang Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. 

Namun demikian, dia mengaku penjualan online masih mendominasi. "Perbandingannya sekitar 70% penjualan online dan 30% offline. Tempat ini untuk memudahkan pelanggan yang ingin mengambil langsung pesanan," ungkap dia. 

Diah mengakui teknik penjualan sudah bergeser dan berubah cepat sekali. Situasi ini menuntut pekerja kreatif terus memutar otak dan membutuhkan promosi lebih cepat. 

"Misal, saya bikin satu produk dan viral, akan diikuti produk serupa dari yang lain (kompetitor). Jadi harus selalu bikin yang baru," kata dia.

Saat ini dia memanfaatkan promosi di Instagram, Tiktok dan WhatsApp. Selain itu, marketplace (lokapasar) juga digarap untuk memaksimalkan penjualan seperti Grab Food dan Shopee Food. 

Secara berkala dia meningkatkan algoritma dengan menggandeng selebgram. "Selain menu, cara berpromosi juga membutuhkan kreativitas, kuota lebih banyak dan internet lancar alias tidak putus," terang dia. 

Menurut dia, kecepatan dalam merespon pelanggan merupakan nilai jual tersendiri. Penjual yang dianggap slow response oleh pelanggan akan mudah ditinggalkan dan beralih ke penjual lainnya. 

Dalam hal ini, kelancaran internet dan sinyal stabil menjadi modal berjualan online.

Dua karyawan Emak.id sedang membuat konten untuk dipromosikan di media sosial. RMOL JatengDua karyawan Emak.id sedang membuat konten untuk dipromosikan di media sosial. RMOL Jateng

Deputy CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahim mengatakan, sebagai provider pelopor penyedia layanan data internet Unlimited, Smartfren terus melahirkan inovasi baru yang makin relevan. 

"Kita lihat sekarang trennya orang-orang mengunggah konten dalam bentuk video ke TikTok, Instagram Reels atau YouTube," katanya.

Selain itu, pelanggan juga menikmati layanan streaming film serial drama Korea atau mempelajari hal-hal baru dari video-video tutorial. 

Oleh karena itu, kata dia, Smartfren menghadirkan paket Unlimited Nonstop agar mereka bisa melakukan hasrat digitalnya itu tanpa khawatir. 

"Apapun gadgetnya, selalu pakai Smartfren buat menikmati internet Unlimited yang sebenarnya," katanya.