BPJS Kesehatan Cabang Semarang Dukung Puskesmas Jadi Pusat Tindakan Promotif Preventif

Pelayanan kesehatan di Puskesmas, yang dijadikan pusat tindakan promotif preventif. / foto: BPJS Kesehatan Cabang Semarang
Pelayanan kesehatan di Puskesmas, yang dijadikan pusat tindakan promotif preventif. / foto: BPJS Kesehatan Cabang Semarang

BPJS Kesehatan Cabang Semarang mendukung upaya Kementerian Kesehatan dengan mengembalikan Puskesmas sebagai pusat tindakan promotif preventif. Hal ini membuat Puskesmas bukan hanya mengobati orang sakit, melainkan membantu mencegah penyakit yang ada pada masyarakat, sehingga derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya bisa tercapai.


“Dengan semakin bertambahnya jumlah peserta JKN-KIS, tentunya selain akses pelayanan kesehatan, mutu pelayanan yang perlu kita tingkatkan,” kata Kepala BPJS Kesehatan Cabang Semarang, Andi Ashar, Senin (25/10).

Andi mengatakan,  fitrah fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) mengutamakan program preventif berangkat dari peningkatan penyakit katastropik yang menyerap pembiayaan di Program JKN-KIS paling banyak. Dengan penjaringan peserta berisiko melalui screening riwayat kesehatan oleh FKTP ini, diharapkan risiko penyakit semakin dini diketahui sehingga bisa dihindari komplikasi penyakit peserta.

“Iuran JKN-KIS memang telah dilakukan penyesuaian, namun tetap harus sejalan dengan tujuan sistem kesehatan yang ideal yaitu upaya agar masyarakat hidup sehat. Salah satunya dengan peningkatan upaya screening penyakit bagi peserta JKN-KIS untuk mengelompokkan mana saja yang sehat dan mana saja peserta yang memiliki potensi sakit agar dapat kita kelola kualitas kesehatannya,” ujar Andi. 

Screening riwayat kesehatan sendiri berupa pengisian pertanyaan tentang riwayat kesehatan diri sendiri, keluarga dan pola konsumsi makanan di fitur Skrining Riwayat Kesehatan untuk mengetahui risiko penyakit DM, hipertensi, ginjal kronik dan jantung koroner.

“Ini dapat diakses peserta JKN-KIS melalui Aplikasi Mobile JKN, website BPJS Kesehatan, dan Chat Asisstance BPJS Kesehatan (CHIKA),” ujarnya.

Selama tahun 2014 sampai dengan 2020, dari jumlah peserta yang melakukan screening sebanyak 5,05 juta, terdata 19% berisiko hipertensi, 12% jantung koroner, 5% ginjal kronik, dan 2% diabetes mellitus. Selain itu adapula screening kesehatan sekunder (penapisan) yang dilakukan selektif oleh FKTP kepada peserta berisiko diabetes mellitus melalui pemeriksaan gula darah dan screening kanker serviks melalui pemeriksaan IVA/papsmear.

“Peserta yang datang FKTP juga kita lakukan screening di tempat, aplikasi P-Care kami bisa memantau peserta mana saja yang belum melakukan screening,” tuturnya.

Browser P-Care FKTP secara otomatis akan membuka tab baru yang mengarahkan ke web screening, jika nomor peserta yang dimasukkan ke P-care belum melakukan screening kesehatan. Kemudian petugas P-care dapat mengisikan hasil screening peserta via web screening.

Pemilik sekaligus dokter di Klinik Anisah, Siti Anisah menjelaskan jika kliniknya secara aktif membantu peserta JKN-KIS dalam proses screening riwayat kesehatan. Setiap peserta yang datang, petugas klinik akan memberikan pertanyaan yang tercantum pada web screening serta menginput hasil screening saat itu juga.

“Karena masyarakat di Kabupaten Demak berbeda dengan Kota Semarang, kami melakukan edukasi pelan–pelan tentang pentingnya screening riwayat kesehatan ini. tiga petugas kami akan membantu peserta untuk mengunduh Mobile JKN dan mengarahkan bagaimana cara menggunakan mobile JKN, sehingga peserta mengetahui secara langsung manfaat aplikasi ini,” pungkas Siti.