Cakap Digital, Cegah Perundungan Anak di Dunia Maya

Seorang mahasiswa mengisi kegiatan di rumah saja dengan mengikuti webinar siberkreasi untuk menambah kecakapan digital, belum lama ini. RMOL Jateng
Seorang mahasiswa mengisi kegiatan di rumah saja dengan mengikuti webinar siberkreasi untuk menambah kecakapan digital, belum lama ini. RMOL Jateng

Perubahan era mendorong anak semakin akrab bersentuhan dengan teknologi. Kehadiran teknologi pun memiliki dua kutub berseberangan, menuntut orangtua penuh terlibat dalam perjalanan tumbuh kembang anak.


Kini internet seolah sudah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data HootSuite, total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa. 

Saat ini, ada 170 juta jiwa orang Indonesia yang merupakan pengguna aktif media sosial. Rata-rata dari mereka menghabiskan waktu selama 8 jam 52 menit untuk berselancar di intenet. Pengguna internet ini menghabiskan waktu rata-rata 3 jam 14 menit di platform jejaring sosial. 

"Generasi Alpha bukan lagi berkaitan tapi sudah tergantung dengan teknologi," ungkap Perwakilan Kaizen Room Rahmat Alfian Pranowo dalam webinar Siberkreasi Jateng & DIY bertajuk 'Menghadapi Perundungan Anak di Dunia Maya', 28 Juli 2021. 

Rahmat sebagai pembicara pertama, membawakan materi tentang keamanan digital yakni 'Menghadapi Perundungan Anak di Dunia Maya'. Menurut dia, selain infrastruktur untuk kemudahan akses, paparan internet merupakan tantangan tersendiri. Anak tidak saja berpotensi sebagai korban melainkan juga pelaku perundungan (bullying) di dunia maya. 

"Secara emosional, anak belum matang dan dikhawatirkan akan bertemu dengan 'sosok-sosok' yang berpotensi membahayakan," terang dia.  

Teknologi diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia di jaman serba digital. Perkembangan teknologi hendaknya diimbangi dengan kecakapan digital. Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta dan anggota Japelidi (Jaringan Peduli Literasi Digital) Ade Irma Sukmawati mengupas materi berjudul 'Optimalisasi Fitur untuk Perlindungan Diri Anak' untuk memahami kecakapan digital.

Ade Irma menyebutkan, cakap bermedia digital tidak hanya membedakan alat-alat yang dimiliki namun juga mengoptimalkan penggunaan. Kompetensi literasi digital guna memilah, menyeleksi dan memperoleh manfaat dari informasi tersebut. 

"Kecakapan digital adalah bekal dasar mendorong bersikap bijak dan memilah konten baik, salah, tiruan hingga manipulasi," ungkapnya. 

Konselor Psikologi Perempuan dan Anak Budi Wulandari menambahkan, masifnya penggunaan sosial media memicu tingkat cyberbullying meningkat. Budi membahas etika digital berjudul 'Bagaimana Menghadapi Perundungan di Dunia Maya'.  

Menurut Pegiat Literasi Digital tersebut mengungkapkan, perundungan anak di dunia maya adalah bentuk intimidasi/ penindasan/ kekerasan di dunia maya secara tidak langsung. Tujuannya untuk melecehkan, merendahkan, mengancam, meremehkan orang lain. 

"Di samping masih berusia anak-anak, perkembangan kognitif masih labil dan belum rasional. Terlebih belum cakap hukum, sehingga perlu pendampingan," papar dia. 

Bullying harus menjadi perhatian bersama dan efeknya tidak bisa disepelekan. Dari sisi psikologi, Budi menerangkan, efek bullying bisa bermacam-macam. Seperti stres yang berujung depresi. Ujaran di dunia maya bisa multitafsir bagi pengguna media sosial lainnya dan bisa memicu stres jika membaca komentar buruk.  

Sedangkan, stres adalah reaksi tubuh tampak berbahaya atau kurang nyaman. Stres mengeluarkan hormon adrenalin untuk mempertahankan diri. Ciri fisiknya ditandai otot kaku, tengkuk tegang, napas pendek dan lainnya. 

Stres akan membentuk mental seseorang jika bisa bangkit/ resiliensi namun jika tidak teratasi bisa menjadi stres berat. Kondisi yang berkelanjutan bisa berujung depresi. Tahap tersebut sudah berbahaya bagi kesehatan.

Misalkan, gangguan mood, sedih mendalam, tidak nyaman berhari-hari, kehilangan nafsu makan, malas mandi, susah tidur, psikosomatis. 

"Hilangnya kepercayaan diri dan memicu keinginan bunuh diri,” tegas dia. 

Oleh sebab itu, dalam bermedia sosial dibutuhkan etika berinternet. Nilai-nilai yang disepakati bersama antar pengguna teknologi, khususnya media sosial. Prinsip kesadaran diterapkan sehingga sikap dan perilaku santun dalam menggunakan media sosial. 

Aktivis Lintas Iman dan Konsultan IT Maryanto mengupas terkait budaya digital mengambil judul 'Memahami Perundungan Anak di Dunia Digital'. Maryanto menerangkan, ada jurang pemisah antara jumlah pengguna internet dengan kecakapan tingkat digital. 

"Faktor pengetahuan akan membantu memahami batasan ujaran kebencian, pencemaran nama baik, provokasi hingga perpecahan di ranah digital," terang dia. 

Penerapan perlindungan anak dari perundungan dalam kehidupan sehari-hari dari perilaku orangtua media sosial. "Jangan sampai unggahan orangtua justru mengundang orang lain berbuat jahat. Posting konten yang berlebihan akan berdampak buruk atau malah mengundang tingkat kriminal," kata Maryanto.  

Orang Tua Hadir Ciptakan Internet Ramah Anak 

Penerapan pembelajaran jarak jauh dan masa pandemi Covid-19 turut mengajak anak untuk beradaptasi, termasuk durasi yang dihabiskan untuk berinteraksi televisi, komputer, ponsel pintar, tablet digital, hingga permainan video.

Konselor Psikologi Perempuan dan Anak Budi Wulandari mengungkapkan, orangtua harus mengambil peran sebagai pendamping anak untuk memahami hal-hal baru di dunia maya. 

Budi Wulandari mengatakan, komunikasi antar orangtua dan anak menjadi kunci. Hadir secara utuh untuk mengontrol aktivitas di dunia maya. Hubungan hangat terjalin akan mendorong anak terbuka bercerita berbagai hal yang dialami. Jika anak menjadi korban pun bisa segera teratasi karena anak sudah bercerita kepada lingkungan terdekat, yakni orangtua. 

"Kekerasan dalam perundungan lebih abadi karena jejak digital akan terus ada. Diharapkan pula, anak-anak tidak menjadi pelaku. Perlakukan orang lain sama seperti ingin diperlakukan orang lain," katanya.

Budi menegaskan, orangtua harus mengambil langkah proaktif jika menjadi korban seperti melaporkan pelaku ke polisi. Selain itu, bisa mengaktifkan fitur lapor ke platform digital untuk meminta menghapus unggahan tersebut. 

Senada, Aktivitas Lintas Iman dan Konsultan IT Maryanto menambahkan, pemanfaatan internet membutuhkan pendampingan dari orang tua untuk mengakses digital. Memiliki critikal thinking benar/ salah. Perilaku dunia digital sama dengan dunia nyata harus bisa menerima berbagai karakteristik, tidak lantas memanfaatkan fitur unfriend dan unfollow (menghapus pertemanan).

Penting bagi orangtua mendampingi punya anak beraktivitas di ranah digital. Mulai dari pembuatan, pendistribusian, memproses, menilai hingga mengomentari sebuah unggahan.

Sedangkan, Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Yogyakarta dan anggota Japelidi Ade Irma Sukmawati menambahkan, orangtua bisa mengatur saluran di Youtube dengan mengaktifkan fitur sesuai pencarian usia yang digunakan anak. "Silakan pahami ketentuan batas mininum usia jika ingin mengunakan media sosial," terangnya. 

Selain itu, lanjut dia, google menyediakan aplikasi pencarian ramah anak yaitu kindle fire. Arahkan anak untuk memilih mesin pencarian agar terhindar dari hal-hal yang belum saatnya dilihat. 

Perwakilan Kaizen Room, Rahmat Alfian Pranowo menerangkan, laiknya keramaian di dunia nyata, waspada dengan kondisi di dunia digital juga ditingkatkan. 

"Anak yang sudah bisa mengakses internet tetap harus dikontrol dan diberi batasan agar kita tahu dan terhindar dari perundungan," terang dia. 

Beberapa aplikasi yang bisa digunakan untuk mengawasi Kidzone, Family Time, Family Zone, MMguardian Parental Control. Sebagai warga negara, bisa mengadukan konten negatif ke Kominfo agar diblokir. 

Rahmat memberikan tips, tiga kunci aman bermedsos. Di antaranya cek profil orang yang akan diikuti atau mengajak berteman, periksa sebelum kirimkan sesuatu dan periksa sebelum membagikan sesuatu.

Apa Itu Siberkreasi?

Kementerian Kominfo berperan aktif dalam mengatasi penyebaran hoaks serta dampak negatif lainnya dengan meningkatkan kemampuan kognitif masyarakat Indonesia melalui pelatihan kecakapan literasi digital. Kominfo telah menyusun peta jalur literasi menggunakan referensi global dan internasional. 

Kementerian Kominfo menyajikan berbagai tutorial dan kiat menggunakan internet agar produktif dan bertanggung jawab. Konten positif dan edukatif dalam program ini dapat membantu mempersiapkan SDM serta memanfaatkan internet kritis dan kreatif.

Gerakan Nasional Literasi Digital atau Siberkreasi terdiri dari empat kerangka telah disiapkan Kementerian Kominfo terdiri dari keamanan digital, kecakapan digital, etika digital serta budaya digital. Hal ini bertujuan untuk mengajak masyarakat dan memberikan informasi bagi masyarakat mengetahui kecakapan dasar untuk mengisi ruang digital. 

Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan, tantangan di dunia digital semakin besar konten negatif terus bermunculan, kejahatan di ruang digital bisa terus meningkat, hoaks, penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, ujaran kebencian dan radikalisme berbasis digital perlu diwaspadai. 

"Hal ini perlu diwaspadai karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Kewajiban kita bersama untuk meminimalkan konten negatif membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif. Banjiri terus, isi terus dengan konten-konten positif. Kita harus meningkatkan kecakapan digital agar mampu lebih banyak manfaatkan konten kreatif yang mendidik yang menyejukan menyerukan perdamaian," ungkap Presiden seperti dikutip dalam channel Youtube Kemkominfo TV. 

Presiden melanjutkan, internet harus mampu meningkatkan produktivitas masyarakat mendorong UMKM naik kelas. "Buatlah lebih banyak UMKM on boarding, platform e-commerce sehingga internet memberi nilai tambah ekonomi," papar dia. 

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menambahkan, masyarakat sedang mengalami perubahan besar. "Kepemilikan handphone, laptop jangan hanya dimanfaatkan untuk game/ WA atau nonton YT. Masih banyak ruang untuk berselancar diselami lebih dalam dan lebih jauh tapi jangan hoaks, jangan pornografi jangan persekusi penipuan atau konten negatif. Agar otak dan hati tidak dikotori hal-hal tidak bermanfaat," ucap Ganjar di sela-sela webinar Siberkreasi Jateng& DIY bertajuk 'Menghadapi Perundungan Anak di Dunia Maya', 28 Juli 2021.