Keputusan Partai Golkar tentang calon presiden yang diusung pada Pilpres 2019 bisa berubah. Beringin sangat mungkin menarik dukungan terhadap Jokowi dan merekomendasikan nama baru sebagai capres. Perubahan sikap bisa terjadi sekalipun keputusan Golkar mengusung Jokowi sudah diputuskan jauh-jauh hari.
- KPU: Pasangan Peserta Pilpres Tak Bisa Bebarengan Daftar
- TGB: Ancaman Sanksi Datang Dari Elit Yang Tidak Senang Dengan Sikap Saya
- Rutan Salatiga Sinkronisasi Data NIK Warga Binaan
Baca Juga
"Justru berbahaya kalau yang dari awal sudah mendukung. Bisa saja nanti di tengah jalan belok, tergantung pantulan dari kubu ketiga," ujar pengamat politik dari Volvox Center, Pangi Syarwi Chaniago dalam diskusi di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/3) seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL
Pangi mencontohkan kesepakatan Batu Tulis yang ditandatangani Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri tahun 2009. Prabowo merasa dikhianati karena partai banteng menetapkan Jokowi sebagai calon presiden di Pilpres 2014. Padahal sesuai perjanjian Mega dan PDIP akan menyokong Prabowo.
Lagi pula Golkar hingga saat ini belum memutuskan mengusung ketua umumnya Airlangga Hartarto menjadi cawapres Jokowi. Hal ini membuat Ipang, sapaan Pangi Syarwi Chaniago, melihat peluang Golkar keluar dari koalisi mendukung Jokowi sangat mungkin terjadi.
""Nah, Golkar ini biasa memegang kepala tapi ekornya bermain. Kita memang senang dengan yang last minutes dan injury time," pungkas Ipang.
- Waspada Bacaleg Lain, Joko Widodo Nyaleg Lewat PKS Dapil II Jateng
- SBY Merasa Dihajar Lawan Politiknya
- Kapolri: Ada Elite Politik Manfaatkan Kelompok Radikal Untuk Pilpres 2019