Cerita Suka Duka Petugas BPJS Kesehatan Satu Layani Pasien di Batang

Siapa sangka di tengah digitalisasi pelayanan BPJS Kesehatan terdapat petugas yang bekerja manual menghampiri peserta. Mereka adalah petugas BPJS Siap Membantu (Satu) yang menjadi garda terdepan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di lapangan.


Nita Setyawati (30), menjadi satu di antara petugas BPJS Satu yang bertugas di area Kabupaten Batang.

"Posisi petugas BPJS Satu itu sebagai konektor, penghubung antara rumah sakit, peserta dengan layanan," kata pegawai BPJS Kesehatan Cabang Pekalongan itu saat ditemui di kantornya, Senin (10/10).

Tugasnya, melakukan kunjungan rutin ke rumah sakit untuk memastikan pelayanan BPJS Kesehatan dilaksanakan oleh rumah sakit. Selain itu, juga memastikan para pasien mendapatkan pelayanan sesuai standar BPJS Kesehatan.

Nita mencontohkan tugasnya memastikan ketersediaan bed atau tempat tidur untuk pasien. Tiap rumah sakit harus memiliki dashboard atau papan pengumuman ketersediaan bed.

Masalah ketersediaan  bed menjadi hal yang paling sering disalahpahami. Bisa jadi bed yang tampak kosong sudah terdaftar untuk bedah dan sebagainya.

Tiap minggu, ia melakukan kunjungan ke satu rumah sakit.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan pihak bagian informasi serta pengaduan rumah sakit. Jika ada aduan tentang BPJS Kesehatan, maka pihaknya akan segera menanganinya. Sebaliknya, jika menerima aduan tentang rumah sakit, ia akan menyampaikan pada rumah sakit.

"Kami juga melakukan sosialisasi tentang JKN pada para pasien di rumah sakit. Kadang ada pasien yang belum tahu tentang BPJS Kesehatan," tuturnya.

Beberapa pertanyaan  yang sering muncul adalah mengapa satu kartu keluarga harus terdaftar, padahal yang sakit hanya satu. Ia pun menjelaskan bahwa konsep iuran BPJS Kesehatan adalah gotong royong.

Selama bertugas, Nita merasakan suka duka menjadi petugas BPJS Satu. Dukanya adalah ketika dimarahi pasien yang tidak paham soal jenis sakit atau jenis luka yang bisa diklaim.

"Misal pernah ada orang kena pukul ODGJ sampai agak parah. Kalau luka yang disengaja kan memang tidak bisa pakai, tapi korban tetap minta ditanggung BPJS. Kalau itu, yang nanggung LPSK karena korban (kejahatan)," jelasnya.

Akhirnya, bersama korban yang memang dari kalangan ekonomi kurang mampu serta pihak rumah sakit, ia berkoordinasi. Hingga pihak rumah sakit yang menghubungi LPSK untuk penangannya.

Untuk sukanya, ia paling bersyukur ketika ada pasien dari keluarga yang kurang mampu mendapatkan pelayanan  BPJS Kesehatan. Apalagi jika penyakit pasien itu membutuhkan perawatan rutin.

"Pernah ada anak petani  yang menderita penyakit jantung dan harus berobat rutin. Ayahnya bersyukur bisa ditangani BPJS Kesehatan dan berterima kasih pada pemerintah," ujarnya.