Berangkat dari fenomena tanaman hias tengah "naik daun", muncul Kampung Tanaman Hias di Salatiga dengan sebutan yang cukup unik, "Nobo Ngremboko''.
- Doctor Strange in The Multiverse of Madness Mulai Tayang Hari Ini
- Peringati Valentine Day, 100 Burung Merpati Dilepas di Lawang Sewu
- Hotel iBis Semarang Simpang Lima Ajak Tamu dan Warga Sekitar Jadi Pendonor Sukarela
Baca Juga
Berangkat dari fenomena tanaman hias tengah "naik daun", muncul Kampung Tanaman Hias di Salatiga dengan sebutan yang cukup unik, "Nobo Ngremboko''.
Mengusung kearifan lokal dengan tetap mempertahankan filosofi Jawa, nama 'Nobo Ngremboko' bukan asal sebutan tanpa makna.
Adalah Nunuk Dartini S.Pd, M.Si, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Salatiga orang pertama mencetuskan nama 'Nobo Ngremboko' bagi Kampung Tanaman Hias yang terletak di kawasan Kampung Nobo Tengah, Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga, Jawa Tengah.
Kepada wartawan, Nunuk mengisahkan kemunculan nama 'Nobo Ngremboko' diawali 'rasan-rasan' dibalut sarasehan sejumlah warga pecinta tanaman hias.
"Dari situ lalu terbentuklah komunitas pecinta tanaman hias di Noborejo (Nobo) Tengah. Lalu kita bermusyawarah untuk menamai komunitas tersebut. Munculah ide saya memberi nama 'Nobo Ngremboko'," ungkap Nunuk, mencoba mengulas.
Tak ingin meninggalkan kearifan lokal yang diangkat serta mempertahankan filosofi 'Njawani', nama 'Ngremboko' dalam bahasa Indonesia berarti berkembang.
Dengan satu harapan 'Ngremboko' '(berkembang) baik anggotanya, tanamannya hingga rejeki para anggotanya.
Kampung 'Nobo Ngremboko' muncul dari sebuah kreatifitas dan inovasi kelompok masyarakat yang sangat diapresiasi Dinas Pangan dan Pertanian Kota Salatiga.
Di era pandemi Covid-19, masih ada kelompok masyarakat tidak menyerah dan enggan untuk 'nglokro' serta ogah bergantung.
"Patut kita apresiasi. masih ada kelompok masyarakat tidak menyerah dan enggan untuk 'nglokro' serta tidak ketergantungan. Mereka bahkan pandai membaca peluang yakni bisnis tanaman hias mempunyai prospek bagus saat ini," paparnya.
Memilih berbisnis tanaman hias, diakui Nunuk, tidak akan lekang dimakan zaman. Dengan alasan semua orang menyukai bunga dan tanaman hias, sehingga kedepan nantinya kampung 'Nobo Ngremboko' menjadi destinasi wisata tanaman hias.
Pengunjung yang datang bisa menikmati, membeli sambil beristirahat di tempat khusus. Lokasi di desain sedemikian rupa, pengelola menyediakan jajanan pendukung khas kampung setempat.
Bahkan, lanjut dia, setiap depan rumah tersedia berbagai jenis tanaman membuat mata memandang mampu menjadi magnet bagi pengunjung.
"Kedepan, Dinas Pangan dan Pertanian Kota Salatiga akan memberikan pendampingan dan stimulan serta beberapa fasilitas yang dibutuhkan. Kita telah ajukan anggaran di perubahan sebagai dana stimulan," pungkasnya.
Keberadaan Kampung Tanaman Hias, dimana tiap halaman depan rumah warga tersedia membudidayakan berbagai tanaman hias memang menjadi daya tarik saat ini. Dengan alasan sama untuk memenuhi kebutuhan disaat terpuruk karena pendemi Covid-19.
Seperti dilakukan Marjuki. Sejak enam bulan terakhir, Marjuki giat . Hal itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan pasca-dirumahkan dari pabrik tempatnya bekerja akibat pandemi Covid-19.
"Sementara hanya beberapa lebih dahulu menekuni bidang tanaman hias ini. Dan hasilnya lumayan, mampu untuk tambahan memenuhi kebutuhan keluarga," papar Marjuki.
Ditargetkan kedepannya, dari komunitas yang ada saat ini satu tahun nanti bisa di rasakan manfaatnya dan terwujud kampung tanaman hias.
Sementara ini baru satu komunitas dengan jumlah kurang lebih 50 anggota yang ada di Kampung 'Nobo Ngremboko'.
Untuk saat ini saja, di Kampung Nobo Tengah, Kelurahan Noborejo, Argomulyo, Salatiga terdapat 32 kepala keluarga (KK) yang menggeluti usaha serupa.
Selain karena terdampak pandemi, warga tergiur membudidayakan tanaman hias karena tergiur omzet yang lumayan.
"Terlebih lagi bisnis jual beli tanaman hias saat ini tengah booming," akunya.
Ada pun berbagai jenis tanaman hias yang dibudidayakan diantaranya jenis varigata, aglonema, syngonium, philodendron, hingga keladi. Harga jualnya pun bervariatif, mulai dari Rp15.000 hingga Rp 25 juta.
- Smartpoin Bisa Jadi Tiket Nonton Liga Inggris di Vidio
- Drakor Lawas Kupas Dunia Jurnalisme Pinocchio Tayang Di TV Nasional
- Potensi Batik Tiap Daerah di Jawa Tengah Diharapkan Dikembangkan ke Arah Fashion