- Ponpes Libatkan 20 UMKM Dalam Momentum Harlah Kawit An Nur
- Aneka Perlombaan Warnai Dalam Festival Durian Di Jatinegara, Catat Tanggalnya!
- Event Kacau, Berbagai Pihak Meminta Kasus SEC Diusut Tuntas
Baca Juga
Demak - Dwi Wahyuning Lestari memulai kiprahnya sebagai pengusaha olahan cemilan berbahan baku ikan. Kemampuan dan bertumbuhnya usahanya tidak lepas dari peran serta Dinas Tenaga Kerja Dan Perindustrian (Dinnakerind) Demak.
‘’Saya ingin berterima kasih pada Dinnakerind karena (saya) memulai usaha ini juga buah dari keikutsertaan saya dalam studi banding bersama Dinnakerind Demak,’’ kenangnya.
Kelindan relasi itu menjadi awal atau babak baru kiprahnya sebagai wirausaha. Dwi Wahyuning awalnya adalah seorang guru honorer di sekolah yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggalnya, yakni Sayung.
Wilayah yang ditinggali, meski rawan rob dan nyaris selalu menjadi langganan banjir, sangat strategis. Berada di poros utama jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa, sehingga merupakan perlintasan yang ramai. Potensi itu sudah menjadi modal awal bagi usaha yang dirintis Wahyuningsih.
Diakuinya, untuk memulai adalah fase terberat. Berbagai hal menjadi pertimbangan, seperti keraguan, modal yang terbatas, pasar yang masih belum sepenuhnya jelas, dan lain-lain, berkumpul menjadi satu.
‘’Jadi, alhamdulillah, saya waktu itu punya keberanian untuk siap, dan mulai. Alhamdulillah, rintisannya sekarang mulai berbuah manis. Tumbuh dan berkembang, sehingga mampu memberi kelimpahan rezeki dan keberkahan,’’ ujarnya.
Berbagi pengalaman
Kisah, dan perjuangannya yang berat, berkeringat tak luput resiko menghadang adalah hal yang pernah dijalani. Lika-liku penuh dinamika juga romantisme dikisahkan kembali Dwi Wahyuning Lestari pada dialog Ngopi yang dihelat di Studio Mini Dinas Pariwisata Demak, akhir pekan lalu.
Wahyuning berturur, awalnya menjadi seorang businesswoman dari Desa Pesisir Pantai Arnafat. Pantai Arnafat adalah pantai baru yang kemunculannya dimitoskan dengan cerita macam-macam. Lokasinya berada di daerah Surodadi. Desa Surodadi termasuk Desa Wisata yang potensial karena terdukung topografi alam, termasuk keberadaan sentra makanan olah dari bahan ikan.
"Bahan bakunya ikan sriding. Saya membeli dari nelayan sekitar, jadi mudah didapat. Kalau Sriding langka, saya ganti pakai ikan wader. Karena wader meski bukan ikan laut, tetapi rasanya sama,’’ papar Dwi Wahyu.
Yang menarik adalah ikan Sriding awalnya tak banyak dikonsumsi. Nelayan membuangnya karena tidak punya nilai ekonomis.
‘’Dulu, Sriding (ikan Sriding-red) itu dibuang begitu saja, kalau ada yang mau ambil bebas, artinya tidak perlu beli. Namun sekarang punya nilai jual, dan ternyata kandungan proteinnya tinggi,” tambah pengusaha asal Sayung ini.
‘’Silakan, buktikan saja produk kami, ini bahannya Ikan Sriding, tapi rasanya jangan tanya. Dan lagi kandungan gizi tinggi, bagus untuk dikonsumsi siapa saja,’’ urainya sungguh-sungguh.
Tembus Pasa Global
Kisah Dwi Wahyuning Lestari dapat menjadi spirit dan inspirasi bagi orang kebanyakan. Pahit getirnya menjadi seorang guru honorer melecutnya semangat untuk berpikir out of the box. Keputusan berwirasusaha membawa pada profesi baru sebagai seorang pengusaha.
Kiprahnya telah diakui, tidak hanya secara lokal, terbukti produk olah ikan mampu berbicara bahkan menembus pasar global. Hasil manis, tidak lepas dari proses pahit di awal, seperti bagaimana memulai. Namun, kini produk-produk olahannya sudah dapat sentuhan modernisasi dengan berbagai variasi. Tidak hanya ikan sriding, tetapi baby crab, kemudian olahan krupuk kulit ikan dan juga olahan hasil laut yang lain.
“Alhamdulillah kalau permintaan terus meningkat, sekarang ini Arab Saudi menjadi salah satu pasar yang potensial. Jadi sekarang orientasi kami sudah menjangkau pasar internasional,’’imbuhnya penuh bangga.
Produk olah Ikan Sriding harganya ekonomis. Per buahnya dibandrol dengan harga mulai dari Rp13.000 saja. Harga itu beragam, karena variasi olahan cukup banyak. Namun, harga tetap ekonomis walau bukan murahan.
‘’Semua gampang untuk mendapatkan, karena dapat dipesan dan dibeli melalui e-commerce dan medsos seperti instagram dan whatsapp,’’jelasnnya.
Bagi konsumen yang kurang puas, atau ingin lebih mantap, anda bisa berkunjung langsung ke rumah produksi yang diberi nama Wahyu Putri Production. Artinya secara manajemen usaha yang dirintis Dwi Wahyu telah disandarkan pada manajemen modern.
“Kami jamin kualitas dan rasa tetap terjaga. Jadi motto untuk selalu menjaga mutu benar-benar jadi komitmen,’’ pungkasnya.
- Proyek APBD TA 2024 Banjarnegara Akhirnya Rampung, Berikut Besaran Nominalnya
- Pelatihan Ekspor Bagi UMKM Karanganyar Agar Produk Lokal Tembus Pasar Ekspor
- Ditpolair Polda Jateng Patroli Laut Di Sekitar Proyek Pembangunan Tol Semarang-Demak