Dinamika Bisnis Keris

Dinamika perputaran bisnis keris yang ada di Nusantara ini menjadi perbincangan menarik dalam acara Rebo Legen di Taman Budaya Raden Saleh, Semarang.


Dalam sarasehan bertajuk ‘Adol Keris Gawe Waris’ itu, Agus Riyanto, salah satu pemerhati keris mengatakan, bisnis keris dapat menjadi salah satu cara untuk melestarikan budaya yang ada di Indonesia.

Namun, perlu ada pemahaman yang tepat. Agar, proses jual beli (keris) ini, bisa menjadi penyaluran ilmu pengetahuan mengenai budaya. Maksudnya, budaya yang melekat pada keris itu sendiri, agar pembeli tahu, makna yang terkandung di dalam kerisnya," kata Agus, Rabu (29/8) malam.

Lebih jauh, mengenai regulasi, Agus mengaku hal itu perlu dibuat. Baginya, dengan adanya regulasi yang tepat akan sangat membantu para pelestari keris untuk berkegiatan. Menurutnya, regulasi dapat dibuat secara rinci sesuai dengan karakteristik dan jenis keris yang ada.

Jadi, regulasi yang dibuat pemerintah nantinya, membantu pelestari keris untuk berjualan misalnya. Lebih jauh, ada regulasi atau sertifikasi untuk perawat, mranggi (pembuat sarung keris), agar tidak salah nantinya. Tentu, sebelum diterbitkan sertifikasi, pelaku perlu juga diberi pemahaman dan pembelajaran soal keris secara komperehensif," terang dia.

Sementara itu, pelestari keris lainnya, Aji, menilai para pelestari keris bukan menjual benda yang berbentuk keris. Namun, lanjutnya, para pelestari juga mampu memberikan filosofi dan nilai mengenai keris tersebut.

Jadi, yang dimaksud adalah memberikan falsafah soal keris. Tujuannya, agar para pewaris keris bisa memahami nilainya. Dengan demikian, pelestari keris akan menimbang lebih jauh, apabila mereka ingin menjual warisan tersebut ke luar negeri misalnya," ungkapnya.

Agus mengungkap, saat ini pemerintah telah membentuk dewan kurator untuk tosan aji dan benda purbakala lainnya. Menurutnya, hal itu cukup bagus untuk mereduksi banyaknya keris yang dijual ke luar negeri.

Kemarin saya dengar pemerintah mengembalikan sekitar enam kontainer benda purbakala dan tosan aji. Itu bagus, karena menurut saya memang tidak sembarangan keris ini dapat berpindah tangan, apalagi, ke luar negeri," tegasnya.

Menurutnya, penjualan keris tidak hanya menjual bendanya saja. Namun, para penjual bisa ‘menjual’ nilai yang terkandung dalam keris. Jadi, lanjutnya, tidak menjadi soal keris yang dijual adalah keris masa kerajaan atau keris jaman modern.

Di Madura itu, setiap bulan ada 600 bilah keris yang diproduksi. Itu keris baru. Itu baru di Madura, belum lagi di tempat lain. Nah, hal-hal semacam ini juga perlu kita akomodir," pungkasnya.