Dinkes Demak Minta Masyarakat Waspadai Penyakit Leptospirosis Yang Mematikan

Dinas Kesehatan Demak Mengadakan Rakor Bersama Pokja Pencegahan Zoonosis.
Dinas Kesehatan Demak Mengadakan Rakor Bersama Pokja Pencegahan Zoonosis.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Demak mengajak para pemangku kepentingan untuk melakukan mitigasi dan pencegahan terhadap zoonosis serta meminta masyarakat Demak untuk selalu menjaga kebersihan dan waspada terhadap leptospirosis.

Hal tersebut disampaikan oleh Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kab Demak, Tri Handayani, usai melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) bersama dengan Kelompok Kerja (Pokja) tentang pencegahan zoosinosis di Demak.

"Zoonosis merupakan penyakit dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Salah satunya adalah dari kencing hewan terinfeksi melalui air seninya (urine) yang mengakibatkan penyakit leptospirosis," ucapnya kepada RMOLJateng, Senin (22/1) sore.

Ia melanjutkan bahwa manusia bisa terkena leptospirosis melalui kontak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi atau melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urine hewan. 

"Upaya pencegahan bakteri menyebar atau leptospirosis membutuhkan dukungan dari lintas sektor serta seluruh masyarakat khususnya Kabupaten Demak. Untuk tahun ini kita adakan ceramah klinis, kita perkuat deteksi dininya,” terangnya.

Di bidang kesehatan, lanjutnya, perlu adanya deteksi secara dini dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa mengetahui atau mengidentifikasi lalu bisa deteksi dini dapat dilakukan pencegahan. 

“Ini sangat penting mengingat pengalaman dari pasien-pasien yang meninggal dulu itukarena keterlambatan dibawa ke Rumah Sakit (RS). Sehingga untuk deteksi dini di masyarakat kita meningkatkan sosialisasi ke masyarakat,” terangnya.

Ia pun meminta agar masyarakat menjaga lingkungan disekitar masing-masing, khususnya bagi masyarakat yang memiliki hewan yang berpotensi membawa bakteri karena penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian.

“Jangan sampai tikus berkeliaran di rumah. Masyarakat kami minta agar peduli dan sadar akan hal itu. Karena semua macam jenis tikus membawa bakteri leptopirosis. Terhadap tikusnya bakteri ini tidak menyebabkan penyakit tetapi bagi manusia bisa menyebabkan penyakit hingga menyebabkan kematian,” ucapnya.

Ia melanjutkan bahwa sesuai dengan data, jumlah pasien yang terkena leptospirosis dari tahun ke tahun mengalami naik turun. Seperti halnya untuk tahun 2021 ada 28 penderita dengan jumlah yang meninggal dunia 5 orang. Tahun 2022 tercatat penderita bertambah menjadi 42 orang dengan jumlah meninggal dunia 12 orang.

"Sementara untuk tahun 2023 ada 53 penderita dengan jumlah yang meninggal dunia 6 orang. Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan penyakit itu disebabkan karena adanya tikus di rumah yakni sebanyak 56%, dan yang terkena penyakit sekitar 29,4% adalah petani atau buruh tani karena mereka bersinggungan dengan tikus," terangnya.

Ia juga menambahkan bahwa di dalam Rakor ia mendapatkan masukan-masukan dari Pokja, antara lain pembersihan sungai secara berkelanjutan oleh Dinas Lingkungan Hidup, pemantauan kandang dan hewan oleh Dinas Pertanian, sosialisasi masif oleh Dinpuntaru (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang), Dinkominfo (Dinas Kominfo) dan juga Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Demak.

"Forum FPRB tadi menyampaikan akan melakukan mitigasi dengan melakukan sosialisasi ke murid sekolah yang sering melakukan event di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), menyediakan bimtek kepada relawan dan tentunya turut melakukan pembersihan sungai. Sementara Kominfo melalui radio akan memberikan porsi untuk sosialisasi di radio RSKW," pungkasnya.