Dua atlet Paralimpiade Afghanistan tetap berusaha untuk bisa hadir di ajang bergengsi Paralimpiade Tokyo.
- Dubes An Kwang Il: Delegasi Korea Utara Dalam Asian Games 2018 Terbesar Dalam Sejarah
- Indonesia Dinilai Masih Beruntung Saat Hadapi Krisis
- New York Wajibkan Bukti Vaksinasi Covid-19 untuk Masuk Gym dan Restoran
Baca Juga
Kedua atlet itu adalah Zakia Khudadadi dan Hossain Rasouli. Mereka berhasil membuat kedatangan yang sangat emosional ke Tokyo Paralympic Village, setelah melakukan penerbangan rahasia dari Paris, menyusul evakuasi mereka.
Menurut keterangan jurubicara Komite Paralimpiade Internasional Craig Spence pada akhir pekan ini (Minggu, 29/8), keduanya tiba di Jepang dan siap bersaing di ajang tersebut.
"Kedua atlet di sini di Tokyo untuk memenuhi impian mereka, mengirimkan pesan harapan yang sangat kuat kepada banyak orang lain di seluruh dunia," kata Spence.
Kedatangan Khudadadi dan Rasouli disambut hangat di perkampungan atlet pada Sabtu malam (28/8) oleh ketua IPC Andrew Parsons dan ketua Dewan Atlet IPC Chelsey Gotell, serta chef de mission tim Afghanistan Arian Sadiqi.
"Seperti yang bisa Anda bayangkan, pertemuan itu sangat emosional," kata Spence.
"Ada banyak air mata dari semua orang di ruangan itu. Benar-benar pertemuan yang luar biasa," sambungnya, seperti dikabarkan Channel News Asia.
Keduanya sempat menghabiskan waktu satu minggu di Paris di pusat pelatihan kementerian olahraga Prancis setelah evakuasi mereka dari Kabul.
Sprinter Rasouli dijadwalkan untuk bertanding di nomor T47 100m putra. Namun dia datang terlambat untuk pemanasan hari Sabtu. Sebagai gantinya, dia akan memasuki final lompat jauh T47 pada hari Selasa (31/8). Sedangkan Khudadadi akan bertanding di kategori taekwondo K44 -49kg putri pada hari Kamis (2/9).
Spence mengatakan, kesehatan mental dan kesejahteraan para atlet adalah prioritas utama IPC.
"Setiap hari kami memeriksa terutama kesehatan mental mereka, karena seperti yang dapat Anda bayangkan, situasi yang mereka alami dalam beberapa hari terakhir adalah situasi yang serius," jelasnya.
Kedatangan mereka terjadi di tengah situasi Afghanistan yang dramatis dan menyebabkan dua atlet itu berada di antara puluhan ribu orang yang terperangkap dan sempat tidak dapat meninggalkan negara itu.
Spence mengatakan kedua atlet itu tidak akan berbicara kepada wartawan saat mereka berada di Olimpiade.
- Pelancong dari Australia ke Selandia Baru Ditangguhkan
- Menlu Retno: Brunei Sanggup MoU PMI Kelar Akhir Tahun Ini
- Dunia Diminta Tidak Berkompromi dengan Taliban Soal Hak Pendidikan Perempuan Afghanistan