Dukung Larangan Mudik, Pemuda Muhammadiyah: Efektif Cegah Gelombang Baru Covid-19

Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah mendukung penuh kebijakan pemerintah tentang larangan mudik yang diberlakukan sejak Kamis kemarin (6/5).


Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah mendukung penuh kebijakan pemerintah tentang larangan mudik yang diberlakukan sejak Kamis kemarin (6/5).

Kebijakan yang tertuang dalam Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 No 13 Tahun 2021 ini dinilai sangat strategis sebagai upaya besar pemerintah dalam mengantisipasi munculnya gelombang baru kasus Covid-19 di Indonesia.

Kebijakan ini sangatlah taktis sebagai pencegahan melonjaknya kasus baru Covid-19 selama Idul Fitri. Bagi sebagian pihak, mungkin ini tidak mudah untuk diterima, tapi kami melihat justru ini bagian langkah nyata pemerintah untuk melindungi keselamatan jiwa masyarakat, terutama kaum muslimin," ujar Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (7/5).

Dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Cak Nanto, sapaan karibnya, berharap semua pihak bisa memahami maksud dari pelarangan mudik.

Menurutnya, di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, yang patut diutamakan adalah keselamatan jiwa, bukan sekadar bergembira bertemu sanak keluarga.

Agar silaturahmi tetap terjaga, lanjut Cak Nanto, saat ini juga bisa dijembatani dengan memanfaatkan berbagai platform media sosial.

Selain larangan mudik, Cak Nanto juga mengapresiasi langkah Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, yang membuat sejumlah kebijakan strategis dalam upaya pengendalian kasus Covid-19.

Di antara kebijakan terbaru yang dibuat Menag adalah peniadaan takbir keliling pada malam Idul Fitri mendatang. Aturan ini tertuang dalam Surat Edaran Menag RI No 7 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Salat Idul Fitri Tahun 1442 H/2021 di saat Pandemi.

Menurut Cak Nanto, jika takbiran keliling nanti dibiarkan berjalan, potensi penyebaran virus corona di Indonesia sangatlah tinggi. Hal ini beralasan, sebab takbiran keliling akan menimbulkan kerumunan massa dengan jumlah besar.

Di sisi lain, penerapan protokol kesehatan dalam kegiatan ini juga tak mudah untuk dilakukan. Lebih-lebih pengawasan dari aparat juga tak mungkin sebanding dengan kegiatan takbiran di seluruh penjuru Nusantara.

Sebagai gantinya, takbiran pun bisa dilakukan secara virtual yang disiarkan langsung dari masjid atau musala. Ini tidak mengurangi nilai ibadah kita,†demikian Cak Nanto. [sth]