Gerakan Deteksi Dini Kanker Harus Jadi Kepedulian Bersama

Diperlukan gerak bersama  lintas sektor secara berkelanjutan untuk mendorong kegiatan sosialisasi deteksi dini dan penanganan kanker payudara yang terstruktur dan sistematis dengan payung hukum yang kuat, di tanah air. 


"Sosialisasi dan kampanye kesehatan terkait kanker payudara harus  dilakukan secara sistematis dan memiliki payung hukum yang kuat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait kanker tersebut," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, Rabu (19/10). 

Karena, menurut Lestari, kenyataannya saat ini 70% pasien kanker payudara yang mendapatkan penanganan  dokter sudah berada dalam stadium lanjut sehingga memiliki kemungkinan sembuh  yang rendah. 

Data Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi), tambahnya, mencatat dari 10.000 kasus kanker payudara, sekitar 70% adalah stadium 3 dan 4.

Berdasarkan fakta itu, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, seruan untuk melakukan deteksi dini lewat program SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan SADANIS ( Pemeriksaan Payudara Klinis) merupakan langkah penting yang memungkinkan tindakan lanjutan secara cepat dan tepat. 

Kolaborasi lintas sektor antarlembaga pemerintah, jelas Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, harus ditingkatkan untuk mewujudkan sebuah gerakan yang mampu mendorong semakin banyak sosialisasi deteksi dini kanker payudara di tengah masyarakat. 

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu mengajak semua pihak untuk bergerak bersama dalam upaya membangun pemahaman masyarakat bahwa mengupayakan pencegahan kanker payudara sejak dini merupakan langkah yang sangat penting untuk menyelamatkan kehidupan bangsa. 

Karena, tegas Rerie, Ibu yang sehat dan terbebas dari kanker akan sangat berperan dalam mewujudkan keluarga yang sehat dan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan tangguh.

Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, Soeko Werdi Nindito mengungkapkan kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah penderita tertinggi di Indonesia. 

Di Jakarta saja, ujar Soeko, pertambahan kasus kanker payudara per tahun diperkirakan 176 kasus. Diakuinya, penyebab kanker payudara belum diketahui dan yang bisa diwaspadai adalah faktor-faktor risikonya. 

Berdasarkan penelitian, ungkap Soeko, bila tidak ada upaya pencegahan pada 2035 akan terjadi pertambahan kasus kanker payudara sekitar 85% di tanah air. 

"Jadi harus ada tindakan yang segera dan deteksi dini harus dilakukan untuk meningkatkan upaya pencegahan," ujar Soeko. 

Menurut Soeko, harus ada shifting paradigma dalam pelayanan terkait kanker di Indonesia antara lain lewat tata laksana pelayanan yang dimulai pada stadium awal. 

Setiap rumah sakit, tambah Soeko, seharusnya memiliki sejumlah langkah layanan antara lain preventif, skrining dan deteksi dini, diagnostik, palliative, rehabilitasi medik dan beberapa tindakan lainnya. 

Namun, ujarnya, sebagian besar rumah sakit hanya mampu memberikan layanan kanker yang terbatas.