Dosen UIN Walisongo Dr.KH.Muhammad In'am Muzahidin,M.Ag yang biasa dipanggil Gus In'am memberikan wejangan kepada warga RT 4 RW III Lempongsari I Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang dalam Halalbihalal di Balai RT.
- Maximus Gladiator Optimistis Papua Setara dengan Provinsi Lain
- Pro-Kontra Dukungan Marak di Instagram Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono
- Kapolda Jateng Dukung Langkah Kapolres Sragen Jadikan Kepala Desa Jenar Duta Vaksin
Baca Juga
Menurut Gus In'am, Syawal itu identik dengan gambar Kupat. Filosofi Kupat muncul pada zaman Walisongo yang bisa diartikan Laku Papat yaitu Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.
Ke-4 unsur itu harus selalu dibudayakan agar terjalin silahturahmi antarwarga, tanpa ada perbedaan pangkat ataupun golongan.
“Dengan 'HATI' kita tingkatkan kebersamaan untuk memperkuat tali persaudaraan sesama warga RT 04 RW 03 Lempongsari I,'' katanya.
“Ketupat menjadi simbol maaf bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya nantinya mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya. Apabila ketupat tersebut dimakan, secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah dan khilaf antar keduanya terhapus,'' ungkapnya.
Menurutnya, terdapat makna lain mengenai beras yang menjadi isian dari ketupat.
Beras diibaratkan dengan simbol nafsu dunia dan janur mencerminkan hati nurani. Dengan demikian, ketupat memiliki makna nafsu dunia harus dibungkus dengan hati nurani.
- Wali Kota Salatiga Ingatkan Jajarannya Soal Fungsi APIP
- Dua Tahun Tak Kunjung Ada Perhatian Pemerintah, Petani Rawa Pening segera Mengadu ke Wakil Rakyat
- Ikut Memperingati Harlah NU, Petinggi DPC PDIP Salatiga Ziarah di Dua Makam Tokoh NU