- Pj Bupati Kudus Ingin Civitas Universitas Muria Kudus Terlibat dalam Dewan Riset Daerah
- Pengelola Sekolah dari Kalangan Milineal Dinilai Pahami Kebutuhan Pendidikan Siswa
- Pelajar SMP di Salatiga Sempat Bengong Tak Percaya Dapat Laptop
Baca Juga
Tak dipungkiri, jika di masa lalu, aktivitas keagamaan, khususnya penganut Konghucu, dibatasi. Tak hanya itu, para pengikutnya pun kerap mendapat banyak tekanan sehingga pembelajaran agama di tingkat sekolah dasar dan menengah, tak serta merta mudah didapat oleh penganutnya, terutama di kawasan Pantura Lasem-Rembang.
Hal ini diakui Haryanti, tokoh Konghucu di kawasan Lasem dalam sebuah Acara Moderasi agama di Kelenteng Hok Tik Bio Rembang yang diikuti kalangan lintas tokoh dan mahasiswa. Rabu (29/11).
"Semisalkan di tingkatan TK hingga jenjang SMA itu tidak ada (tidak ada guru mata pelajaran Konghucu, red). Oleh karenanya anak-anak yang bersekolah Kristen ikuti pendidikan agama yang ada di situ (Kristen, red). Kemudian semisal anak-anak yang ada di sekolahan Katholik ya mengikuti pendidikan Katholik begitu," akunya.
Menanggapi curhatan itu, Juru Bicara (Jubir) Menteri Agama RI Anna Hasbie mengaku mendapat beberapa aspirasi dari umat Konghucu.
“Aspirasi dari masyarakat Konghucu. Itu hal yang penting. Sehingga menjadi asupan juga buat Kementerian Agama. Sebetulnya apa yang dibutuhkan masyarakat Konghucu,” ujar Anna.
Di satu sisi, pihaknya juga menjelaskan jika ada kendala semacam itu, maka akan diberikan suatu solusi. Misalkan saja akan melakukan pemetaan daerah masing-masing.
"Contohnya, misalkan daerah yang mayoritas Kristen, kekurangan guru agama Islam. Begitu pula yang mayoritas Islam, kekurangan agama Kristen. Begitu sebaliknya dan lain sebagainya. Sehingga harus ada suatu pemetaan wilayah. Dengan begitu akan bisa menyasar kebutuhan pembelajaran dan pendidikan yang ada,” bebernya.
Kepala Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Moh. Mukson pun memberikan tanggapan soal kendala tersebut. Sehingga muncul gagasan dan gambaran bilamana pendidikan konghucu dapat dilakukan penjadwalan sekolah di hari Mingggu.
“Bisa saja (para penganut, murid, atau siswa, red) dikumpulkan di satu tempat (proses belajar mengajar, red), nanti pengajarnya dibuatkan SK Kantor Kemenag. Terkait insentif dan sebagainya diusulkan ke pusat,” urainya.
Di satu sisi, diadakannya acara moderasi beragama sejak 28-29 November 2023 di Kelenteng Hok Tik Bio ini nantinya diharapkan dapat mempererat rasa kasih sayang, persatuan di kalangan berbagai umat di Rembang. Terlebih lagi di berbagai kalangan Lasem ini sering dijuluki dengan sebutan "Tiongkok Kecil".
"Kegiatan moderasi beragama bertujuan untuk mewujudkan terciptanya toleransi dan kerukunan umat beragama sehingga memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Kami bersyukur, banyak kawan-kawan yang merasakan manfaat kegiatan moderasi beragama. Kami berharap di tahun-tahun mendatang lebih ditingkatkan,” ucapnya.
- Tol Semarang-Demak Seksi I Di Atas Laut, Atasi Banjir Dan Macet Pantura
- Tim SAR Masih Mencari Enam ABK Kapal Yang Tenggelam Di Karimunjawa
- Nekad Lawan Arah Akibat Macet Perbaikan Jembatan Kali Babon, Bus AKAP Apes Kena Tilang