Jadi Cawapres Jokowi, Mahfud MD Bisa Counter Politik Identitas

Pemilihan Presiden 2019 harus terbebas dari praktik curang dan penggunaan isu SARA atau politik identitas. Pasalnya, politik identitas tidak membawa manfaat dan menyesatkan umat.


Peneliti Pusat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli menyampaikan, semua figur yang bersaing pada Pilpres 2019 harus mencegah dan mengantisipasi kelompok tertentu yang menggunakan isu politik identitas untuk meraih kemenangan. Pasalnya, politik identitas juga berpotensi memecah belah umat.

Karena itu, dia menyarankan Presiden Joko Widodo memilih figur tepat sebagai calon wakil presidennya untuk dapat menangkal serangan politik identitas. Saran untuk Jokowi diberikan karena mantan Gubernur DKI Jakarta itu jadi satu-satunya figur yang dukungannya memenuhi syarat sebagai capres.

Salah satu figur yang dinilai Lili paling layak menjadi cawapres Jokowi adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD. Mahfud berpengalaman menjadi anggota DPR dan menteri, serta banyak membuahkan pemikiran untuk kemaslahatan umat.

"Mahfud punya basis dukungan dari NU, Muhammadiyah, dan dari semua golongan karena beliau tokoh Islam yang moderat," kata Lili, Kamis (12/7).

Menurut Lili, Jokowi dan partai pendukungnya dapat meraih dukungan dari kelompok Islam jika Mahfud dipinang jadi cawapres.

"Dengan kehadiran Pak Mahfud, Pak Jokowi bisa merangkul kalangan Islam dan meminimalisir serangan politik identitas," ujar Lili.

Dari beberapa nama figur nonparpol yang digadang layak menjadi cawapres Jokowi, kata Lili, Mahfud memenuhi semua kriteria dan lebih baik dibanding mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung maupun Gubernur NTB TGB Zainul Majdi.

Pengalaman dan kemampuan Mahfud dinilai bisa melengkapi Jokowi dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan menjalankan program pro kepentingan umat.

"Yang paling berpotensi jadi cawapres Jokowi adalah Mahfud MD. Karena integritas Mahfud sudah terbukti, basis dukungannya besar," ungkap Lili.