Jogo Tonggo Jogo Usaha, Upaya Bergerak Bersama Lawan Pandemi

Pandemi Covid-19 yang tidak tahu kapan berakhir nyaris meluluhlantahkan sendi-sendi perekonomian. Pemerintah serba dilematis menghadapi wabah virus dari China tersebut.


Pandemi Covid-19 yang tidak tahu kapan berakhir nyaris meluluhlantahkan sendi-sendi perekonomian. Pemerintah serba dilematis menghadapi wabah virus dari China tersebut.

Segala upaya ditempuh pemerintah untuk bisa bangkit dari serangan wabah itu, baik bangkit perekonomian maupun bangkit melawan Covid-19.

Mulai dari pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), lockdown sampai pembatasan kegiatan masyarakat (PKM).

Upaya tersebut sebagai langkah yang terpaksa harus dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Namun dampaknya sangat luar biasa, masyarakat tidak bisa beraktifitas, harus di rumah saja, banyak pabrik yang terpaksa gulung tikar karena tidak ada pemasukkan bahkan pengangguran merajalela.

Dampak lain dari penerapan aturan yang berkepanjangan, masyarakat berontak dan melawan aturan karena harus mencari sesuap nasi. Pemerintah tidak berdaya karena masyarakat sudah bosan di rumah.

Maka, upaya yang dilakukan pemerintah supaya masyarakat tetap taati aturan dengan memberikan stimulan berupa sembako, membuat program jogo tonggo, jogo santri, jogo kiai sampai jogo perusahaan.

Pemkot Semarang misalnya, meski tidak memberlakukan lock down dan PSBB, namun memberikan stimulan sembako yang jumlahnya jutaan paket sembako sejak awal diberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

Untuk mempermudah distribusi dan tepat sasaran, Pemkot Semarang membentuk Lumbung Kelurahan untuk menampung sembako dari Pemkot Semarang sebelum didistribusikan kepada masyarakat.

Selain itu, Lumbung Kelurahan juga sebagai sarana upaya Jogo Tonggo bagi yang tidak tercover oleh bantuan Pemkot Semarang.

"Lumbung Kelurahan ini berfungsi untuk menampung paket sembako dari Pemkot sebelum didistribusikan kepada warga. Selain itu, bagi warga yang mampu bisa menjaga tetangga supaya tidak kelaparan, bantuan itu bisa melalui Lumbung Kelurahan atau langsung diberikan kepada yang bersangkutan," terang Sekda Kota Semarang Iswar Aminudin, Kamis (15/10/2020).

Iswar juga menegaskan, program Jogo Tonggo ini juga sebagai upaya bergerak bersama melawan Covid-19. Bagi yang mampu dipersilahkan membantu satu, dua bahkan 10 tetangga yang membutuhkan khususnya yang tidak tercover bantuan dari Pemkot Semarang.

"Alhamdulillah, berkat upaya bergerak bersama dengan Jogo Tonggo ini, masyarakat Kota Semarang tidak sampai kelaparan, bantuan dari berbagai instansi, swasta, pengusaha bahkan masyarakat yang peduli sangat banyak," tandas Iswar.

Bahkan banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk membantu sesama. Seperti yang dilakukan warga Cinde, Kelurahan Jomblang Semarang, setiap hari, warga yang mampu, menyediakan berbagai kebutuhan sembako yang ditaruh disebuah pagar rumah.

"Setiap hari ada sembako yang ditaruh dipagar rumah, ada telor, sayur mayur, mie instan, minyak goreng dan lain-lain. Tapi warga yang mengambil dibatasi hanya satu jenis. Misal butuh telur ya hanya telur yang boleh diambil," ujar Moch Arof yang juga Ketua FKPM Kelurahan Jomblang Kota Semarang.

Upaya ini dilakukan warga sebagai upaya membantu pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 dengan program Jogo Tonggo-nya.

Selain Jogo Tonggo, pemerintah juga berupaya untuk Jogo Usaha dengan memberikan keringanan pajak bahkan penundaan pembayaran pajak.

"Untuk pengusaha diberikan keringanan bahkan penundaan pajak selama dihantam pandemi. Pengusaha diperbolehkan membayar pajak setelah usahanya mulai jalan, ini sebagai upaya pemerintah menjaga perekonomian dengan Jogo Usaha," tandas Iswar.

Para PKL diperbolehkan beraktifitas dengan protokol kesehatan yang ketat meski dibatasi jam operasionalnya. Ini pun sebagai bentuk menjaga ekonomi masyarakat ditengah hantaman pandemi.

Ketahanan Pangan

Selain memberikan stimulan berupa sembako, Pemkot Semarang juga menggerakan urban farming sebagai bentuk mempertahankan ketahanan pangan.

Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan, sejak dirinya bersama jajaran Dinas Pertanian menggelorakan urban farming, animo masyarakat untuk melaksanakan pertanian perkotaan menjadi semakin meningkat.

"Apalagi didukung sepenuhnya oleh bapak wali kota dibarengi dengan kondisi pandemi Covid-19, maka keinginan masyarakat untuk menanam di pekarangannya masing-masing menjadi sangat besar. Hal ini dibuktikan dari molonjaknya permintaan masyarakat akan kebutuhan bibit tanaman," ujar Hernowo.

Di Kota Semarang sendiri lanjut Hernowo, sampai saat ini sudah ada 110 kelompok tani urban farm yang tersebar di 16 kecamatan. Dinas pertanian Kota Semarang juga telah mengupayakan penggantitanaman panganselain ubi danjagungdi antaranya sukun.

"Untuk ubi sudah banyak juga diolah menjaditepungcassava. Untuk tepung sukun sedang kita coba,†pungkas Hernowo.