Kecamatan Genuk akan Jadi Pilot Project Pembangunan SPALDT di Kota Semarang

Plt Walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu mengatakan pilot project pembangunan SPALDT ini akan dilakukan di Kelurahan Banjardowo, Kecamatan Genuk.


Pembangunan SPALDT ini akan dilakukan bertahap untuk enam kecamatan padat penduduk yakni Kecamatan Genuk, Semarang Timur, Semarang Tengah, Gayamsari, Semarang Utara dan Semarang Selatan.

Ita, sapaan akrabnya, mengatakan pembangunan SPLADT ini berbeda dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang sudha pernah dibnagun di Kota Semarang. Jika IPLT masih menimbulkan polusi udara berupa bau tak sedap, nantinya SPALDT ini limbahnya akan direduksi menggunakan sistem membran khusus yang hasil akhirnya bisa untuk menurunkan fosfor yang ada di dalam tanah.

"Jadi ini beda seperti IPLT, nanti bentuknya seperti taman, tapi dibawahnya ada sistem pengolahan limbahnya jadi tidak ada baunya," kata Ita.

Pembangunan SPALDT ini kawasan Banjardowo ini memakan lahan seluas sekitar tiga hektar milik Pemkot Semarang. Namun memang akses masuk menuju ke SPALDT ini perlu adanya pembebasan lahan  milik warga. Pembebasan lahan dan sosialisasi akan adanya pembangunan SPALDT ini sudah dilakukan oleh pihak Pemkot Semarang.

"Tugas kami adalah sosialisasi, perizinan dan pembebasan lahan dna semuanya sudah beres. Pembebasan lahan juga tidak banyak, mungkin seperti yang di Tambak Lorok itu. Jadi nanti tinggal dibangun saja," bebernya.

Rencananya, pada tahun 2023, Pemkot akan menyelesaikan urusan administrasi sebelum pada tahun 2024 akan mulai dibangun untuk tahap pertama yakni sebanyak 14.352 sambungan rumah. Setelah terbangun nantinya sistem pengelolaan akan diserahkan dari Pemkot Semarang kepada PDAM. Rencananya nantinya akan ada penarikan retribusi seperti yang telah dilakukan pada IPLT.

Setelah jadi kami serahkan ke PDAM, nanti akan ada retribusi. Tapi belum tahu nominalnya, yang penting dibangun dulu," tuturnya.

Ita menyebut dengan adanya pembangunan SPALDT ini diharapkan bisa menurunkan angka stunting di Kota Semarang hingga zero atau nol persen sesuai dengan instruksi dari Presiden Joko Widodo.

"Sanitasi bersih ini kan memang menjadi salah satu indikasi untuk bisa menurunkan stunting selain perbaikan gizi dna perbaikan pola asuh anak. Harapannya stunting bisa nol persen," tandasnya.

Direktur Sanitasi Ditjen Cipta Karya, Tanozisochi Lase mengatakan sistem kerja dari SPLADT ini nantinya akan membawa limbah dari rumah tangga langsung menuju pipa saluran yang berakhir di tempat pengolahan terpusat, sehingga limbah tidak akan lagi masuk ke septictank. 

"Kalau yang sudah ada septic tank nantinya dari septictank ini akan masuk ke pipa kami dan langsung menuju ke tempat pengolahan terpusat. Jadi tidak ada istilah septic tank membludak kalau tidak dikuras," ucapnya.

Ia mengaku jika kewenagan akan lahan SPALDT dan pengembangunan saluran rumah memang dari Pemkot, sementara pihaknya akan membangunkan sistem instalasinya dan jaringan perpipaan air limbahnya.

"Kalau di Jakarta sudah kami buat dan sudah beroperasi tapi memang belum melayani satu kota, tapi kami pusatkan di kecamatan yang padat. Harapannya Kota Semarang juga bisa segera terealisasi," jelasnya.

Rencana pembangunan SPALDT, katanya, akan dilakukan selama dua tahun yakni tahun 2024 hingga 2026 untuk tahap pertama, dan akan bisa dioperasionalkan pada tahun 2027.

"Pembangunan 2 tahun. Mungkin 2027 akan bisa mulai beroperasi," pungkasnya.