Kunci Sukses Kota Semarang Atasi Stunting Hingga Raih Penghargaan dari PBB

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, saat menghadiri Kegiatan Temu Kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting yang dihadiri oleh Kepala BKKBN, dokter Hasto, dan Wali Kota/Bupati se-Indonesia, Kamis (27/6). Umar Dani/ROLJateng
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, saat menghadiri Kegiatan Temu Kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting yang dihadiri oleh Kepala BKKBN, dokter Hasto, dan Wali Kota/Bupati se-Indonesia, Kamis (27/6). Umar Dani/ROLJateng

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berhasil meraih penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas keberhasilan dalam penanganan stunting melalui berbagai inovasi, termasuk program Sayangi Dampingi Ibu dan Anak Kota Semarang (SANPIISAN).


Dengan program SANPIISAN dan beberapa inovasi lainnya, Pemkot Semarang berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 1,06 persen pada 2023 menjadi 0,95 persen pada 2024.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, menyatakan bahwa pencapaian ini adalah hasil kerja keras seluruh jajaran dan stakeholder. Berkat perhatian khusus yang diberikan, target zero stunting di tahun 2024 semakin mendekati kenyataan.

Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota, menjelaskan bahwa kunci sukses dalam menangani stunting adalah gotong royong dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat.

Konsistensi dalam memberikan pelayanan kepada remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan balita sangat penting.

Program kesehatan harus berkelanjutan dan komprehensif untuk memastikan upaya yang dilakukan tidak sia-sia.

Pemenuhan gizi untuk anak dan ibu hamil juga berperan penting dalam mencegah kenaikan angka stunting, termasuk memberikan pemahaman kepada remaja putri.

Di Kota Semarang, pemenuhan gizi dibantu dengan adanya buku resep anti stunting dari Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri, berjudul 'Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil Untuk Generasi Emas'.

“Salah satu upaya penanganan stunting adalah memberikan asupan gizi yang memadai. Buku resep dari Ibu Megawati menjadi acuan penting dalam pemenuhan gizi anak di Kota Semarang, termasuk di day care dan posyandu,” ujarnya usai menghadiri Kegiatan Temu Kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting yang dihadiri oleh Kepala BKKBN, dokter Hasto, dan Wali Kota/Bupati se-Indonesia, Kamis (27/6).

Mbak Ita menegaskan pentingnya peran aktif dan kolaborasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) untuk mengatasi masalah stunting secara efektif.

Intervensi yang tepat sasaran sangat diperlukan, dengan menerapkan sistem by name by address, yang memastikan penanganan stunting tepat sasaran.

“Dengan sistem ini, kami dapat melihat balita atau balita stunting di setiap kecamatan, sehingga penanganannya akan komprehensif dan terintegrasi,” jelasnya.

Ke depan, Mbak Ita akan terus berupaya menggandeng pihak terkait untuk terlibat dalam penanganan stunting. Pemberdayaan masyarakat juga dilakukan, selain mendorong inovasi digital.

“Penanganan stunting melibatkan semua pihak, mulai dari remaja putri hingga ibu melahirkan, serta anak-anak hingga dewasa. Ini pemberdayaan yang menjangkau hingga pemahaman remaja putri,” tuturnya.

Pemkot Semarang juga memiliki Rumah Pelita, tempat penitipan anak yang menyediakan penanganan kesehatan seperti pemeriksaan gizi dan kondisi tubuh.

Kepala BKKBN, dokter Hasto, mengapresiasi Pemkot Semarang atas upaya penanganan stunting yang dinilai sangat tepat sasaran, bahkan mendapatkan penghargaan dari PBB.

“Upaya seperti Rumah Pelita di Kota Semarang menjadi contoh penanganan stunting yang tepat sasaran, dengan intervensi yang komprehensif,” imbuhnya.

Ia berharap apa yang dilakukan di Kota Semarang dapat menjadi contoh untuk daerah lain, dengan penanganan stunting yang masif menuju Indonesia Generasi Emas 2045.