Ditengah terbatasnya pupuk subsidi, kehadiran pupuk nonsubsidi dirasa masih sangat mahal. Atas kondisi itu, petani disarankan untuk menggunakan pupuk organik.
- Harga Cabai Rawit 'Setan' di Salatiga Rp100 Ribu Perkilo, Petani Girang
- Walikota Gibran Hadiri Bazar UMKM Indonesia di Seoul, Ada Bakso Hingga Nasi Pecel
- Baru Dua Tahun Ditempati, Atap Kaca Atrium Pasar Induk Wonosobo Pecah
Baca Juga
"Kalau pupuk subsidi terbatas, sedangkan pupuk nonsubsidi mahal, kita ganti dengan pupuk organik. Pupuk dari sekitar kita, misalnya jerami dimasukan ke dalam lahan. Itu tidak hanya NPK, tapi 16 unsur hara bisa tercukupi," kata Guru Besar bidang kesuburan tanah Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Ir. Suntoro Wongso Atmojo, Selasa (10/9).
Menurut Suntoro, ada 3 cara penggunaan pupuk organik. Pertama, jerami digunakan pakan ternak kemudian kotoran ternak dibawa ke lahan. Kedua, jerami dikomposkan biar matang, kemudian langsung digunakan. Ketiga, jerami langsung ditumpuk dan diberi bakteri untuk cepat matang, atau langsung dibajak tercampur.
"Itu sudah membantu dari kebutuhan pupuk yang sangat besar. Tidak mencukupi memang, namun minimal mampu mengatasi kebutuhan pupuk," tuturnya.
Tidak Rasional
Berdasarkan riset Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) 2018, setidaknya 70 persen dari 8 juta hektare lahan sawah di Indonesia kondisinya kurang sehat. Penyebabnya karena kandungan bahan organik yang rendah.
Kondisi itu dinilai oleh pengamat pertanian, Khudori, merupakan dampak dari pola pemupukan yang tidak berimbang sekian lama. Penggunaan pupuk pada petani kita cenderung tidak rasional.
"Sejumlah riset menunjukkan, saat ini penggunaan pupuk oleh petani itu sudah tidak rasional. Jumlahnya melebihi kebutuhan," kata Khudori
Oleh karena itu, Khudori menyarankan petani untuk mulai rasional dalam penggunaan pupuk. Supaya tanah tidak semakin kehilangan unsur haranya, serta ongkos produksi lebih efisien.
"Jika ini dijadikan pedoman, mestinya petani harus mulai rasional dalam menggunakan pupuk," ujarnya.