Kurusetra Pilpres 2024

Siapa pengganti Joko Widodo usai presiden ke-8 itu lengser keprabon. Secara teori dan menilik mekanisme konstitusi mantan Walikota Solo ini tidak mungkin naik tampuk lagi. Karena memang regulasi sebagai amanat kontitusi memang demikian. Dengan begitu tidak bisa tidak, mau tidak mau harus ada suksesi dengan tokoh lain, atau baru. Mengapa lain, mengapa baru penjelasannya cukup telak, yakni sebagaimana amanat konstitusi.


Siapa pengganti Joko Widodo usai presiden ke-8 itu lengser keprabon. Secara teori dan menilik mekanisme konstitusi mantan Walikota Solo ini tidak mungkin naik tampuk lagi. Karena memang regulasi sebagai amanat kontitusi memang demikian. Dengan begitu tidak bisa tidak, mau tidak mau harus ada suksesi dengan tokoh lain, atau baru. Mengapa lain, mengapa baru penjelasannya cukup telak, yakni sebagaimana amanat konstitusi.

Lalu, kira kira siapa yang akan menggantikan nahkoda Republik ini? Pertanyaan ini menggema dengan echo yang keras di berbagai forum, bahkan menyita perhatian publik. Betapa tidak, meski masih jauh eskalasi terkait suksesi nasional telah mulai memanas. Sejumlah tokoh, ada yang malu malu kucing mulai gerilya, tebar pesana dengan membentuk tim penggalangan dan juga pencitraan. Maaf zaman gini, pencitraan jadi komoditi agar ibarat mobil mesti disalon dulu supaya tampilannya kinclong.

Di sini, kita coba identifikasi dan sekaligus inventarisasi sejumlah tokoh yang diprediksi akan meramaikan bursa terkait suksesi nasional tersebut. Pertama dan utama siapa lagi kalau bukan Mr Old Crak Prabowo Subiyanto. Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra ini menurut kalkulasi saya, hampir pasti akan maju lagi.

Beberapa alasan yang dapat menjadi pertimbangan nama Prabowo Subiyanto masuk adalah faktor elektabilitas, juga representasi kepartaian. Untuk diketahui Sang Old Crack, maaf istilah ini untuk memberikan legacy bahwa hanya Prabowo saja yang memiliki jam terbang paling unggul, serta didukung oleh partai yang solid juga eksis. Karenanya wajar mengingat Prabowo sudah beberapa kali maju menjadi calon presiden, terakhir head to head dengan Jokowi-Makruf Amin dia pantas mendapat julukan Old Crack.

Kasak kusuk keras Prabowo bahkan sudah mendapatkan restu sekaligus sokongan dari sang Patron, yakni Megawati Soekarno Putri. Mega memberikan assignment karena pertimbangan pertimbangan khusus, termasuk kesediaan Prabowo mendukung bergabung dengan Kabinet Indonesia Maju jilid II, meski mantan Danjen Kopasus ini adalah rival Jokowi saat Pilpres silam.

Restu Mega bukannya tanpa maksud, konon menurut pelbagai analisis dukungan itu tak lepas dari kesepakatan Batu Tulis, yakni PDI Perjuangan bakal mendukung rival Jokowi karena bakal diduetkan dengan Ketua DPR RI, yang juga Putri Mahkota, yakni Puan Maharani. Duet Prabowo �" Puan inilah yang hangat diperbincangkan publik terkait dengan suksesi pasca Jokowi lengser keprabon.

Berikutnya, nama nama lain yang sempat beredar, dan masuk pada bursa lembaga lembaga survei cukup banyak juga. Masuk pada deretan ini yang berada di papan atas antara lain ada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Elektabilitas Anis relatif kuat dan cukup stabil dibanding tokoh tokoh lain.

Memang menilik traffic angka elektabilitasnya belakangan turun, sebagai implikasi atas sikap antitesa Anis karena kerap berseberangan dengan Pemerintahan Jokowi. Soal banjir, kemudian revitalisasi Monas, dan belakangan kebijakan PSBB, langkah Anis cenderung merepresentasikan antitesa pemerintah. Kecenderungan ini menjadi agar janggal karena sebagai Gubernur DKI Jaya Anis tidak perlu mengambil sikap diametral karena Jakarta adalah penopang utama secara administratif sebagai ibukota negara. Inilah yang boleh dikatakan langkah Anies blunder atau kebablasan terjebak pada manuver pencitraannya.

Nama Anis juga semakin jeblok pasca sikapnya yang dianggap mendua terkait dengan kontroversi FPI. Ormas yang dipimpin Habib Rizieg Shihab ini mendapatan tempat khusus di hati Anies termasuk polemik hajatan yang persoalannya kini masuk ke ranah hukum. Apakah benar memang seperti itu, ataukah dinamika yang berkembang sekarang adalah bagian dari strategis kuda troya Anies masih harus diuji oleh waktu.

Satu hal yang mudah dibaca publik, belakangan parpol yang awalnya manis masuk mengelus-elus Anies sepertinya juga kurang bernafsu lagi. Nasdem yang sedari awal sudah menempel seperti sikap sang patronnya, yakni Surya Paloh, sekarang terlihat lebih berjarak. Begitu pula dengan Jusuf Kalla, belakangan muncur rumor JK tak lagi membangun komunikasi khusus, seperti saat Pilgub lalu, karena Joko Widodo sendiri sudah membaca gelagat mantan wakilnya itu.

Manuver Ganjar

Menarik untuk dicermati juga adalah manuver Ganjar Pranowo. Gubernur Jateng yang juga Ketua Kagama-Keluarga Alumni Gajah Mada- ini rajin membangun komunikasi publik dan politik. Safari Ganjar sudah ke mana mana. Dengan memakai panggung Kagama tokoh berambut perak ini aktif safari ke berbagai daerah. Ketika bencana Palu beberapa waktu lalu Ganjar muncul di sana, kemudian soal Covid dan banyak event dan momen yang mungkin secara proporsional tak cukup pas, namun Ganjar hadir di forum forum tersebut.

Sebagai catatan kritis di sini, terkait kiprah Ganjar saya melihat sepak terjangnya cenderung kebablasan. Menurut hemat saya DPRD Jateng perlu memanggil untuk setidaknya mengajak dialog agar Ganjar fokus dengan tugas utamanya sebagai Gubernur Jateng. Kecuali prestasinya sebagai gubernur benar benar kinclong atau gemerlap. Melewati periode pertama, dan kini masuk periode kedua maaf saya belum melihat prestasi monumental, apalagi spektakuler dari Ganjar Pranowo.

Karenanya ketika kemudian asa dengan ambisinya yang berlebihan untuk maju menjadi kandidat Presiden rasanya kurang elok juga. Memangalasinya sudah muncul di permukaan. Tentu masih banyak nama nama lain, seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, kemudian sosok Gubenur Jabar Kang Emil, atau debutan lain yang sekarang ini justru masih disimpan. Artinya 2024 adalah gelanggang terbuka karena tidak ada lagi incumbent. Dus siapa pun memiliki peluang sama.

Gelanggang yang terbuka seperti ini, maka pertarungan akan sengit. Inilah Kurusetra itu! Siapa yang paling didgaya, itulah yang akan memenangi pertempuran. Siapa pengganti Joko Widodo selanjutnya? Mari kita tunggu, tentu semakin banyak kandidat yang muncul akan lebih baik, karena dengan banyak calon dan pilihan, maka rakyat yang akan diuntungkan.

Jayanto Arus Adi
Adalah Pokja Hukum Dewan Pers, dan Pemimpin Umum RMOL Jateng