Lebaran di Rutan Banjarnegara, Bertemunya Air Mata dan Harapan dari Balik Jeruji

Suasana pertemuan warga binaan dengan keluarganya dalam perayaan hari raya Idulfitri, Senin (31/3). dok Rutan Banjarnegara.
Suasana pertemuan warga binaan dengan keluarganya dalam perayaan hari raya Idulfitri, Senin (31/3). dok Rutan Banjarnegara.

Lebaran menjadi momen sakral bagi umat Islam untuk merayakan kemenangan dan merajut kembali silaturahmi yang terputus. Namun, bagi warga binaan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Banjarnegara, perayaan Idulfitri tak sekadar gema takbir dan kebersamaan, namun juga membawa haru dan doa-doa pengampunan.


Sejak pagi, antrean panjang terlihat di ruang Layanan Pemasyarakatan Rutan Banjarnegara. Sebanyak 264 pengunjung, datang dari berbagai penjuru, berbaris dengan sabar demi sejenak bertemu orang-orang tercinta yang tengah menjalani pembinaan. Senin (31/3) itu, jeruji besi tak mampu meredam rindu.

Di ruang kunjungan, suasana berubah syahdu. Tatapan penuh harap dan sesenggukan air mata menghiasi pertemuan singkat itu. Momen sungkeman menjadi puncak emosi—pelukan erat, permintaan maaf, dan doa bersama menjadi ritual yang tak terlewatkan.

Kepala Rutan Banjarnegara, Bima Ganesha Widyadarma, menyatakan pihaknya memberikan kelonggaran khusus selama Idulfitri. "Kami memahami betapa berharganya momen ini bagi warga binaan dan keluarga mereka. Maka, kami memberikan waktu kunjungan ekstra hingga 2 April 2025," ujarnya.

Pengamanan diperketat untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan berlangsung aman dan kondusif. "Kami ingin momen Lebaran ini menjadi motivasi bagi warga binaan untuk terus berperilaku baik dan menata masa depan yang lebih baik," kata Bima.

Menurut Bima, tak hanya kunjungan, Rutan Banjarnegara juga menggelar salat Id berjamaah dan berbagai kegiatan keagamaan. Harapannya, momentum ini bisa menjadi titik balik bagi warga binaan untuk memperbaiki diri dan siap kembali ke masyarakat.

"Lebaran di balik jeruji bukan sekadar perayaan. Ia adalah pengingat bahwa kasih sayang keluarga tak pernah mengenal batas. Di tengah keterbatasan, ada harapan yang tak padam yaitu kesempatan untuk memulai lembaran baru," katanya.

SR (45), salah satu pengunjung, menempuh perjalanan jauh demi bertemu suaminya yang sudah dua tahun menjalani pembinaan. "Meski hanya 30 menit, bertemu langsung dengannya di hari Lebaran adalah anugerah. Setidaknya kami bisa melepas rindu dan berdoa bersama," katanya.