Makam Keramat Palsu: Muncul Di Persimpangan Jalan Spiritual Dan Bisnis

Kesepakatan Damai Dapat Diambil Dan Pembongkaran Makam Di Petilsan Ki Gede Suropati Dapat Dilaksanakan Berkat Upaya Pendekatan Musyawarah Dengan Kekeluargaan Antara Ali Fiksi Dan Ali Said, Rabu (08/01). Media Sosial
Kesepakatan Damai Dapat Diambil Dan Pembongkaran Makam Di Petilsan Ki Gede Suropati Dapat Dilaksanakan Berkat Upaya Pendekatan Musyawarah Dengan Kekeluargaan Antara Ali Fiksi Dan Ali Said, Rabu (08/01). Media Sosial

Cirebon - Merebaknya pembongkaran makam keramat palsu di sejumlah daerah menegaskan bahwa wisata religi masih jadi salah satu sektor bisnis andalan. Disisi lain kehadiran makam palsu membuka potensi membelokkan sejarah leluhur.

Seperti halnya pembongkaran makam yang diduga palsu yang terjadi di petilasan Ki Gede Suropati, Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Sebelumnya, Ali Fiksi, tokoh masyarakat setempat mengunggah di media sosial facebook perihal dua makam palsu (tanpa jenazah - red) yang berada di kompleks petilasan Ki Gede Suropati tersebut. Ditambahkannya bahwa informasi itu diperolehnya dari Ustadz Gus Dalhar.

Pernyataan tersebut menyulut konflik warga setempat yang terlanjur meyakini petilasan tersebut merupakan situs bersejarah yang menandakan ketokohan ki Gede Suropati sebagai tokoh penyebar agama Islam yang sekaligus menjadi pendiri desa Tegalgubug, pada 1489.

Oleh karenanya, situs yang berdiri di atas lahan seluas 600 meter persegi tersebut dipelihara warga sebagai makam leluhur yang memiliki andil atas keberadaan desa mereka.

Di sisi lain, ada juga yang mengklaim makam tersebut merupakan makam ba’alawi yaitu kelompok yang mempunyai hubungan darah/sanad dengan Nabi Muhammad SAW.

Menurut Ali Fiksi, klaim Ba’alawi dapat meresahkan masyarakat karena diduga akan membelokkan sejarah leluhur Desa Tegalgubug.

“Karena dianggap meresahkan inilah maka kedua makam tersebut akhirnya dibongkar, meski beberapa ada yang mengajukan keberatan dengan menyebut bahwa makam di petilasan tersebut sudah ada sebelum dilakukan renovasi petilasan Ki Gede Suropati, pada tahun 2019,” ungkapnya, Senin (20/1).

Sementara itu, H. Ali Said, adalah peziarah asal Jakarta, yang sering mengunjungi petilasan tersebut untuk memenuhi hajat spiritualnya. Dengan dalih rasa cintanya kepada jazad yang bermakam di nisan tersebut, diwujudkannya dengan membantu merenovasi bangunan dan membenahi fasilitas yang diperlukan.

“Dengan berdalih karena kecintaannya inilah, dia termasuk yang keberatan atas rencana pembongkaran makam di Petilasan Ki Gede Suropati ini,” imbuh Ali Fiksi.

Namun demikian, kesepakatan damai dapat diambil dan pembongkaran makampun dapat dilaksanakan berkat upaya pendekatan musyawarah dengan kekeluargaan antara Ali Fiksi dan Ali Said.

“Pada Rabu, (08/01), dilaksanakan pembongkaran dengan tetap memasang kembali batu nisan sebagai penanda adanya makam. Meski pun identitasnya belum diketahui secara jelas sejarahnya, namun tetap diyakini sebagai leluhur desa Tegalgubug,” katanya.

Sampai saat ini, petilasan Ki Gede Suropati masih sering dikunjungi peziarah dari penjuru daerah dan tidak jarang peziarah yang secara sukarela memberikan bantuan berupa pembangunan maupun penyempurnaan sarana maupuan fasilitas di petilasan ini.