Maraknya tawuran yang melibatkan anak usia sekolah mendapat respon dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang. Temuan Disdikbud Batang menyebut ada siswa berprestasi yang terlibat dalam salah satu tawuran yang berlangsung.
- Pastikan Layanan di Balik Jeruji, BPJS Kesehatan Pekalongan Sosialisasi di Lapas Batang
- Isu Bupati Impor di Pilkada Batang 2024, Pengamat Politik: Cukup Ampuh Digunakan
- Bencana Kekeringan Melanda Ribuan Jiwa di Kabupaten Batang: BPBD Turun Tangan
Baca Juga
"Mereka biasanya salah kumpul, contoh ada yang siswa smp yang tawuran di Kali Sambong itu, anaknya berprestasi. Tapi karena ya itu diajak, dibilang anak mami, banci dan sebagainya, akhirnya tidak kuat," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Batang, Bambang Suryantoro S, Senin (2/9).
Ia menyebut pencegahan tawuran bukan hanya tanggung jawab sekolah semata. Menurutnya, pencegahan tawuran antar anak sekolah ini adalah tanggung jawab bersama.
"Tak hanya dari pihak sekolah, tetapi juga orang tua harus turut serta. Terlebih saat ini banyak kejadian tawuran terjadi seusai anak pulang sekolah," ujar Bambang.
Ia menambahkan bahwa orang tua harus lebih aktif dalam memberikan pengawasan dan nasihat kepada anak-anak mereka. Pengawasan ini terutama penting saat anak pulang sekolah, ketika mereka mungkin lebih rentan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan luar.
"Kita harus bekerja sama dengan orang tua untuk memberikan masukan atau nasihat pada anak. Dan juga memberikan pengawasan ketika sepulang sekolah," tegasnya.
Di era digital seperti sekarang, gadget dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak dan remaja. Namun, Bambang mengingatkan bahwa pengawasan dalam penggunaan gadget dan media sosial juga sangat diperlukan.
"Banyak tawuran terjadi karena adanya tantang-menantang di media sosial. Oleh karenanya, perlunya kontrol dari orang tua saat anak menggunakan gadget di rumah," jelas Bambang.
Ia menyoroti bahwa banyak kejadian tawuran dipicu oleh interaksi antar pelajar di media sosial, yang kemudian berujung pada tindakan kekerasan di dunia nyata. Dengan demikian, kontrol dan pendampingan orang tua dalam penggunaan teknologi oleh anak-anak mereka menjadi kunci penting dalam mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Pihak Disdikbud Batang, bersama dengan Polres Batang, tidak tinggal diam dalam menghadapi fenomena ini. Beberapa waktu lalu, mereka menggelar edukasi bagi siswa, guru, dan komite sekolah terkait pencegahan dan penanganan kekerasan pada anak usia sekolah.
"Kami bersama Polres Batang juga menggelar sosialisasi edukasi dengan melibatkan pengurus OSIS, guru BK, dan perwakilan komite sekolah. Ini adalah salah satu upaya kami untuk mencegah terjadinya tawuran dan kekerasan pada anak usai sekolah," ujar Bambang.
Langkah ini menunjukkan komitmen pihak Disdikbud dan kepolisian dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan kondusif bagi para pelajar. Edukasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada siswa tentang bahaya tawuran dan pentingnya menjauhi tindakan kekerasan.
Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Disdikbud Batang juga memberikan motivasi dan semangat belajar kepada para siswa. Mereka mendorong pelajar untuk memanfaatkan waktu sepulang sekolah dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat.
"Kami ingin pelajar bisa memanfaatkan waktu sepulang sekolah dengan kegiatan positif bersama keluarga, bukan justru terlibat dalam aksi-aksi yang merugikan," ungkap Bambang.
- 17 Remaja di Grobogan Diamankan Polisi, Satu Diantaranya Bawa Senjata Tajam
- Pengamat: Perlu, Tetapi Kok Kayaknya Terlalu Over Sampai Butuh Senjata Api
- Aparat Gabungan Target Balap Liar Dan Gangster