Mbak Ita Jadi Orang Tua Asuh Anak Tunanetra yang Ditolak PPDB SMA Semarang

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat mengunjungi rumah keluarga Vita Azahra dan menjadikannya anak asuh lewat Program Gerbang Harapan. Istimewa
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat mengunjungi rumah keluarga Vita Azahra dan menjadikannya anak asuh lewat Program Gerbang Harapan. Istimewa

Vita Azzahra (16), anak dari pasangan Warsito (39) dan Uminiya (42), kini bisa tersenyum lega setelah Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendadak mengunjungi rumahnya.


Kebahagiaan Vita semakin terpancar setelah mendengar langsung komitmen Wali Kota, yang akrab disapa Mbak Ita, untuk menjadikannya sebagai anak asuh.

Vita menjadi perbincangan warga Semarang, Jawa Tengah, setelah sekolah negeri yang menjadi idamannya menolak menerimanya sebagai siswi SMA negeri. 

Kedua orang tua Vita yang tunanetra dan kurang mampu menarik perhatian Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang kemudian menengok langsung kondisi keluarga tersebut.

Mbak Ita memutuskan untuk menjadikan Vita Azahra, putri pasangan tunanetra yang ditolak dalam PPDB SMA 2024 jalur afirmasi, sebagai anak asuhnya.

Saat bertandang, Mbak Ita disambut oleh kedua orang tua Vita, Warsito (39) dan Uminiya (42), di rumah kontrakan mereka di Jalan Gondang Raya 17, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat (12/7).

Di rumah sewa yang sempit ini, Mbak Ita memastikan pendidikan Vita Azahra ditanggung oleh pemerintah, baik Provinsi Jawa Tengah maupun Kota Semarang.

"Saya mewakili Pemerintah Kota Semarang dan secara pribadi mengangkat Vita menjadi anak asuh saya lewat program Gerbang Harapan," kata Mbak Ita.

Melalui program tersebut, Mbak Ita kini telah menjadi orang tua asuh dari dua anak: satu anak perempuan dari Papua yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan Vita yang akan menempuh pendidikan di SMA Mardisiswa Semarang.

"Saya datang ke tempat Pak Warsito, dan kita bicara mengenai kemungkinan pahit jika tidak diterima di sekolah negeri. Ternyata Vita sudah diterima di SMA Mardisiswa," katanya.

Dia menjelaskan bahwa Gerbang Harapan, atau Gerakan Bersama Orang Tua Asuh untuk Pengembangan Hari Masa Depan, merupakan program untuk menekan angka putus sekolah. 

Masyarakat Kota Semarang yang berkecukupan diajak menjadi orang tua asuh bagi anak kurang mampu. Saat ini, Gerbang Harapan berfokus pada pemenuhan kebutuhan penunjang sekolah seperti seragam, buku-buku, alat tulis, dan uang saku siswa-siswi.

Mbak Ita juga menjelaskan bahwa pembiayaan sekolah Vita yang sudah ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan menjadi perhatiannya. 

Dia akan berkomunikasi dengan Penjabat Gubernur Jateng, Nana Sudjana, mengenai pembiayaan uang gedung hingga sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).

"Kita akan bersinergi dan berkolaborasi. Jika Pemprov Jateng menangani SPP, kami akan menanggung uang bulanannya. Jika Pemprov mengalihkannya ke Kota Semarang, kami akan ambil alih," katanya.

Ke depan, Mbak Ita akan berkomunikasi intens dengan Pemprov Jateng untuk menekan angka putus sekolah. "Mungkin di luar sana masih ada Vita-Vita lainnya yang harus ditangani dengan kolaborasi," pungkasnya.

Sementara itu, Warsito, ayah Vita Azahra, mengaku bersyukur putri semata wayangnya kini mendapat perhatian dari orang nomor satu di Kota Semarang. 

"Terima kasih kepada Ibu Wali Kota Semarang yang luar biasa. Semoga semua diberikan kesehatan dan keridaan Allah SWT karena membantu kami yang membutuhkan," katanya.

Sebelumnya, Vita Azahra, seorang calon siswi di Kota Semarang, terancam tidak bisa sekolah lewat jalur afirmasi karena terkendala data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial. 

Kedua orang tuanya, Warsito dan Uminiya, hanya bekerja sebagai tukang pijat di rumah kontrakan kecil di Jalan Gondang Raya, Tembalang.

Seharusnya, dengan kondisi keluarga Vita yang masuk kategori P1 (miskin ekstrem), pada DTKS Kementerian Sosial tercatat sebagai P4 (rentan miskin). 

Kriteria yang masuk dalam sistem PPDB 2024 pada jalur afirmasi hanya tiga: P1 (miskin ekstrem), P2 (sangat miskin), dan P3 (miskin). Karena itulah Vita gagal mendaftar PPDB.