Muhammad Roy Amazon menapaki karier dari bawah sebelum berhasil menapaki posisi General Manager Hotel Dafam Semarang di Jawa Tengah. Jargon yang selalu dipegang dalam menjalani profesi adalah 'I sell the box'.
- Wujud Syukur HUT Ke-8, Semen Gresik Salurkan Bantuan Sembako ke 14 Kecamatan di Rembang
- Indosat Ooredoo Hutchison Catat Keuntungan Rp3,7 T
- Kekayaan Pangan Indonesia Punya Banyak Peran
Baca Juga
"Menjadi seorang out of the box saja tidak cukup untuk memaksimalkam potensi mendapatkan revenue dan keuntungan di dunia perhotelan," ungkap Roy, di Semarang, Jumat (5/5).
Dalam bekerja dibutuhkan kreativitas, improvisasi, selalu up to date, berani mengambil risiko dan disiplin menjadi sebuah kolaborasi sangat serasi dalam dunia perhotelan. Alhasil, dia tercatat sebagai General Manager di Hotel Dafam Semarang Jawa Tengah sejak bulan Desember 2022.
Roy telah menekuni pekerjaan di dunia perhotelan selama lebih dari 20 tahun ini. Dia tidak hanya berkiprah di dunia perhotelan Indonesia, tetapi Roy juga sempat merasakan serunya dunia perhotelan di manca negara. Banyak pengalaman bisa diambil selama bekerja di negara Timur Tengah. Mulai dari disiplin, komitmen, fokus serta detail dengan pekerjaan, peningkatan kualitas kerja, pembentukan mental.
"Bisa bekerja dengan staff dari berbagai negara di dunia sangat menyenangkan. Berbekal pengalaman merasa optimis bisa membawa Hotel Dafam Semarang lebih kompetitif dan berdaya jual tinggi di Kota Semarang," ungkap pria kelahiran Jakarta tahun 1979 silam.
Roy meyakini staf berkualitas juga ramah, kualitas kebersihan dan kualitas produk adalah beberapa bagian dari operasional hotel selalu diperhatikan dengan sangat detail.
Ditarik ke belakang, Roy sempat memiliki cita-cita tidak pernah tercapai, yaitu menjadi seorang sutradara film. Hal ini karena kurang biaya untuk kuliah di jurusan perfilman. Akhirnya Roy memutuskan untuk menerima kenyataan dan siap bergelut dengan kerasnya Ibu Kota Jakarta.
Lalu, pada periode tahun 1996–2000 dia bekerja sebagai calo angkutan umum dan penjaga wartel di terminal Kampung Melayu Jakarta Timur. Pekerjaan tersebut dilakukan di sela-sela waktu SMA dan kuliah agar bisa bertahan hidup di kehidupan Jakarta.
"Alhamdulilah sehari saya bisa dapat sekitar Rp30 ribu sampai Rp45 ribu dan uangnya saya kumpulkan untuk makan sehari-hari dan biaya bergaul di Jakarta, dan yang serunya adalah saya harus terus waspada dan siap untuk bertarung dengan lawan dari kampung sebelah untuk memperebutkan wilayah kekuasaan di terminal Kampung Melayu," ucapnya.
Selama periode tersebut pun Roy tidak jarang keluar masuk Polres Jakarta Timur karena sering terlibat perkelahian antar kampung. Dia sering melihat preman-preman tua di Terminal Kampung Melayu hanya lalu lalang meminta minta rokok, kopi bahkan makanan ke sopir angkot dan tidak dihargai lagi serta menjadi beban bagi keluarga dan masyrakat sekitar.
"Maka saya memutuskan untuk keluar dari kehidupan di Terminal Kampung Melayu. Saya tidak ingin di saat saya tua masyarakat sekitar bahkan keluarga menganggap saya sebagai beban dan benalu buat mereka," ujar Roy.
Oleh karena itu Roy langsung banting stir dan segera mencari pekerjaan normal juga halal demi masa depan. Karier perhotelan Roy dimulai sebagai tukang cuci piring pada tahun 2000 di salah satu restoran cepat saji di Plaza Indonesia Jakarta dan sempat merasakan manisnya bekerja di dunia hiburan malam di kota Jakarta.
Selama periode tahun 2000-2005 Roy mencoba peruntungan dengan melamar kerja di hotel-hotel di Jakarta. Namun begitu, karena tidak ada pengalaman bekerja di hotel dan bukan lulusan sekolah perhotelan akhirnya Roy selalu ditolak.
Selang lima tahun, pada 2005 ia mendapat kesempatan untuk pertama kalinya bekerja di luar negeri, bekerja di salah satu hotel bintang 5 di kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Figur Roy sangat berkesan di mata staff hotel Dafam Semarang. Sosok pemimpin yang ramah dan humanis serta senang menebar senyuman dan sering memberikan motivasi serta pengalaman kerjanya agar staff dapat lebih semangat dalam bekerja dan mencapai impiannya di dunia perhotelan.
"Karyawan adalah aset yang harus dipertahankan. Pendekatan kepemimpinan yang saya pakai adalah gaya humanistik. Pendekatan humanistik terhadap karyawan dan bawahan (pendekatan langsung kepada karyawan) adalah suatu cara yang paling ampuh dalam memimpin. Seperti memberikan motivasi dan melakukan kontrol terhadap kinerja mereka. Selain itu juga memberikan contoh bagaimana cara menerapkan etika yang baik dalam menyelesaikan pekerjaan mereka sehari-hari, sehingga dengan sendirinya kualitas pelayanan terhadap tamu akan semakin memuaskan tanpa harus diberikan perintah oleh atasannya," kata ayah dari Kayla, Kyara dan Kirana Amazon.
Dalam setiap kepemimpinannya, Roy memiliki visi dan misi untuk selalu fokus pada kepuasan tamu (customer satisfaction), menyenangkan karyawan (employee satisfaction), dan pencapaian target sesuai diinginkan oleh manajemen dan pihak pemilik (owners).
- Puluhan Chef Cilik Ditatar di Hotel Dafam Semarang
- Hotel Dafam Semarang Genjot Pariwisata Melalui Fun Run Lari dari Kenyataan
- Sambut Hari Valentine dengan Fun Run Kawin Lari