Mewaspadai Distorsi Sejarah Oleh Klan Ba'alawi: Perspektif Kritis Dan Edukatif

Khairul A. El Maliky. Istimewa
Khairul A. El Maliky. Istimewa

Sejarah merupakan narasi kolektif suatu bangsa yang mencerminkan perjalanan panjang identitas, budaya, dan nilai-nilai yang membentuk masyarakat. Namun, sejarah tidak selalu bebas dari distorsi. Salah satu pihak yang sering disoroti dalam konteks ini adalah Klan Ba'alawi, sebuah kelompok keturunan Arab yang memiliki pengaruh kuat di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Mereka telah memainkan peran penting dalam penyebaran Islam, tetapi narasi sejarah mereka kerap dikemas dengan interpretasi yang cenderung bias dan mengaburkan fakta-fakta penting. Artikel ini akan mengkaji secara kritis bagaimana penyesatan sejarah oleh Klan Ba'alawi dapat mempengaruhi pemahaman publik terhadap sejarah bangsa serta dampaknya terhadap identitas nasional.

Latar Belakang Klan Ba'alawi

Klan Ba'alawi adalah kelompok keturunan Hadramaut, Yaman, yang dikenal sebagai penyebar Islam di Nusantara sejak abad ke-15. Mereka membawa ajaran Islam yang bercorak sufistik dan sangat kental dengan tradisi Sayyid, yakni keturunan Nabi Muhammad SAW. Posisi ini memberi mereka legitimasi sosial dan keagamaan yang kuat, sehingga mampu membentuk jaringan sosial dan politik yang luas. Namun, pengaruh yang kuat ini tidak jarang dimanfaatkan untuk menyisipkan narasi sejarah yang bersifat tendensius dan menguntungkan pihak tertentu. 

Bentuk-Bentuk Distorsi Sejarah Oleh Klan Ba'alawi

  • Mengklaim Peran Sentral dalam Penyebaran Islam di Nusantara. Dalam berbagai narasi sejarah yang disebarkan oleh kalangan Ba'alawi, mereka cenderung menonjolkan peran mereka sebagai pionir utama penyebaran Islam di Nusantara. Padahal, sebelum kedatangan mereka, Islam telah diperkenalkan oleh pedagang Gujarat, Persia, dan Tiongkok. Pengaburan fakta ini berpotensi menghapus kontribusi kelompok lain yang tidak kalah pentingnya.
  • Memonopoli Identitas Keislaman Nusantara. Narasi sejarah yang dibangun oleh Klan Ba'alawi sering kali berpusat pada doktrin-doktrin yang mereka bawa, seperti tarekat Alawiyyah. Hal ini menciptakan kesan bahwa Islam Nusantara identik dengan ajaran mereka, padahal kenyataannya, Islam di Indonesia kaya akan keragaman mazhab dan tradisi lokal.
  • Menghapus Peran Pahlawan Non-Ba'alawi. Dalam beberapa catatan sejarah yang dipengaruhi oleh kelompok ini, peran pahlawan lokal atau ulama non-Ba'alawi sering kali dipinggirkan. Narasi ini menciptakan kesan bahwa tokoh-tokoh dari luar kalangan Ba'alawi tidak signifikan dalam perjuangan kemerdekaan atau penyebaran Islam.

Dampak Distorsi Sejarah Terhadap Identitas Nasional

Penyesatan sejarah oleh kelompok tertentu, termasuk Klan Ba'alawi, dapat berdampak serius terhadap pembentukan identitas nasional. Jika sejarah dipersepsikan hanya dari satu sudut pandang, maka generasi penerus akan kehilangan perspektif yang lebih utuh tentang perjuangan bangsa. Narasi sejarah yang bias dapat menciptakan konflik sektarian, polarisasi sosial, dan memperburuk integrasi nasional.

Upaya Meluruskan Sejarah

Untuk menangkal distorsi sejarah, langkah-langkah berikut perlu dilakukan:

  • Rekonstruksi Narasi Sejarah yang Objektif. Sejarah harus ditulis ulang dengan memperhatikan berbagai sumber, baik lokal maupun asing, agar tidak ada satu kelompok yang mendominasi narasi sejarah.
  • Pendidikan Sejarah yang Kritis. Kurikulum pendidikan sejarah harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis agar siswa mampu mengenali narasi yang bias dan menyaring informasi secara objektif.
  • Literasi Digital. Di era digital, informasi sejarah mudah diakses tetapi juga rentan disalahgunakan. Literasi digital yang kuat akan membantu masyarakat menyaring informasi yang kredibel dari yang tidak.

Kesimpulan

Penulisan sejarah tidak boleh dikuasai oleh satu kelompok tertentu, termasuk Klan Ba'alawi. Narasi sejarah yang cenderung bias akan mengaburkan kebenaran dan merugikan pihak lain yang turut berkontribusi dalam perjalanan bangsa. Upaya untuk meluruskan sejarah harus dilakukan secara konsisten, melalui penelitian ilmiah, pendidikan kritis, dan literasi digital. Dengan demikian, sejarah bangsa akan menjadi sumber pengetahuan yang benar-benar mencerminkan keragaman dan kekayaan identitas nasional.

*) Khairul A. El Maliky, Pengarang Novel, Pemerhati Sosial Dan Budaya, Esais, Dan Cerpenis Yang Telah Menulis Banyak Tulisan Di Media Massa. Bukunya Yang Telah Terbit Berjudul: Akad, Kalam Kalam Cinta Dan Pintu Tauhid (2024), Sweet Girl Dan Cinta Tapi Beda (2025), Kitab Mengenal Diri Yang Sebenarnya Diri Dan Gus Dur Dan Tuhanpun Tertawa (Segera) Yang Diterbitkan Oleh MNC Publishing.