Di tengah kehidupan yang menghimpit, nasib tragis menimpa Muhammad Sholeh (28), seorang pemuda asal Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Sholeh meninggal di saat uang tabungan almarhum di BMT Mitra Umat tak kunjung bisa dicairkan.
- Gelombang PHK Industri Tekstil Mampir Kota Pekalongan, Pemkot : Hanya Ada Satu Perusahaan
- Bakal Doa Bersama, Nasabah BMT Mitra Umat Pekalongan: Semoga Masih Punya Hati Nurani
- Gudang di Dekat Mall Ramayana Pekalongan Terbakar, Jadi Tontonan Warga
Baca Juga
Sholeh, anak pertama dari pasangan SL (52) dan WH (44), dikenal sebagai pemuda yang pekerja keras.
Ia bekerja sebagai pembuat freezer kapal di Juwana, Pati. Dalam kesehariannya, Sholeh selalu mengirimkan sebagian penghasilannya kepada orang tuanya, dan sisanya ia tabungkan di BMT Mitra Umat.
Sayangnya, tabungan yang ia rencanakan untuk bekal masa depan, termasuk untuk pernikahannya, justru menjadi penyebab kerisauan yang berujung pada kepergiannya.
WH, ibu Sholeh, mengungkapkan bahwa putranya sempat mengalami penurunan kondisi kesehatan yang signifikan sebelum akhirnya meninggal dunia.
"Iya, anak saya meninggal dunia di saat uang tabungannya tidak bisa dicairkan. Kondisinya drop waktu itu hingga harus opname," ujar WH dengan nada pilu saat ditemui di rumahnya, Selasa (3/9).
Sholeh pernah bercerita bahwa uang tabungan yang macet di BMT Mitra Umat membuatnya stres. Uang sebesar Rp 14 juta, yang rencananya akan digunakan untuk persiapan menikah, tak bisa diambil.
"Anaknya saya pernah cerita kalau uang yang ada di tabungan untuk bekal menikah. Setahu saya dia menabung sudah cukup lama meski sekarang tersisa Rp 14 juta," tambah WH.
Keluarga Sholeh, seperti halnya nasabah lainnya, mencoba berbagai cara untuk bisa mencairkan tabungan tersebut. Mereka diminta mengumpulkan KTP dan menandatangani selembar kertas, namun hasilnya tetap nihil.
"Saya tidak tahu apakah anak saya sudah pernah mengurus tabungannya karena memang anaknya pendiam dan mungkin juga khawatir kalau saya juga ikut kepikiran," ungkap WH, mengenang sikap almarhum yang cenderung menutup diri.
SL, ayah Sholeh, juga menambahkan bahwa Sholeh selalu rutin mengirim uang setiap dua minggu sekali sebesar Rp 1 juta ke ibunya. Sebagian uang tersebut ditabungkan ke BMT Mitra Umat, dan sebagian lagi digunakan untuk kebutuhan keluarga. Namun, kabar buruk soal BMT Mitra Umat yang macet membuat Sholeh pulang ke rumah dalam kondisi sakit.
"Sebelum lebaran yang kemarin ramai di BMT itu anak saya pulang. Di rumah mengalami sakit lalu opname selama lima hari, kemudian sempat membaik namun drop lagi dan masuk rumah sakit selama 10 hari sebelum akhirnya meninggal dunia," ungkap SL dengan suara bergetar.
- Gelombang PHK Industri Tekstil Mampir Kota Pekalongan, Pemkot : Hanya Ada Satu Perusahaan
- Bakal Doa Bersama, Nasabah BMT Mitra Umat Pekalongan: Semoga Masih Punya Hati Nurani
- Gudang di Dekat Mall Ramayana Pekalongan Terbakar, Jadi Tontonan Warga