OJK Jateng Dorong Sosialiasi Dan Edukasi Pasar Modal

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat literasi masyarakat terhadap sektor pasar modal masih rendah. Atas kondisi tersebut, OJK menyiapkan sejumlah agenda untuk mendorong sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat pada 2018.


Direktur Pengaturan Pasar Modal, Luthfy Zain Fuady mengatakan, memang masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui pasar modal. Secara nasional literasi masyarakat baru 4,4% yang tahu tentang pasar modal.

"Semarang menjadi kota kedua diselenggarakan program sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu 2018 setelah sebelumnya di Surabaya," ungkapnya, di Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah DIY, Jumat (2/3).

Dia melanjutkan, dari 4,4 % tersebut sekitar 1,14% yang sudah menggunakan pasar modal dalam sarana berinvestasi. "Bisa dilihat dari Single Investor Identification (SID) yang ada di PT KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia), untuk  lokal belum sampai 1 juta jauh dibawah perbankan. Kalau perbankan berbanding terbalik penggunaanya tinggi tapi literasinya tidak lebih tinggi dari penggunaanya," katanya.

Kegiatan yang dilaksanakan mulai tanggal 1- 2 Maret 2018 meliputi seminar investasi pasar modal kepada civitas akademika di Unisbank Semarang, OJK pasar modal mengajar di SMA Nasional Karangturi dan pendalaman materi pasar modal kepada pegawai Kantor Regional dan Kantor OJK di Jawa Tengah dan DIY.

Dia melanjutkan, perguruan tinggi disasar karena mahasiswa dinilai menjadi agen of change paling tidak bisa menyosialisasikan kepada lingkungan sekitar. Selain itu juga dilakukan sosialisasi untuk SMA dengan harapan sedini mungkin mengajarkan pasar modal.

"OJK dengan Mendikbud sudah bisa merumuskan kurikulum pengajaran jasa keuangan untuk level SMA, walaupun belum menjadi mata pelajaran yang wajib," katanya.

Kepala Bursa Efek Indonesia Semarang, Fanny Rifqi El Fuad menambahkan, jumlah investor di pasar modal di Jawa Tengah sejak 2012-2017 menunjukkan peningkatan.

Dilihat dari Single Investor Identification (SID) tahun 2012 sebanyak 14.726 naik di 2013 menjadi 18.422, 2014 menjadi 21.591, 2015 naik menjadi 37.309, 2016 menjadi 47.594, dan 2017 54.411. "Jika diprosentasekan dari 2012 sampai 2017 terjadi 269 persen peningkatan," tuturnya.