Panen Jagung, Demak Jaga Stabilitas Produksi di Tengah Tantangan Alam

Panen raya jagung di Karangawen Demak, Rabu (12/6). Nungki/RMOLJateng
Panen raya jagung di Karangawen Demak, Rabu (12/6). Nungki/RMOLJateng

Bupati Demak, dr. Eisti'anah menyampaikan rasa syukur yang luar biasa saat hadir dalam panen raya jagung yang tetap stabil kendati bencana banjir sempwt melanda di kawasan Karangawen, Rabu (12/6).

"Alhamdulilah kita bisa panen jagung, karena selain padi sebagai penyanggah pangan, kami juga memproduksi jagung yang hasilnya perlu dipertimbangkan," ucap Bupati acara Panen Raya,di Desa Sidorejo Kecamatan Karangawen.

Bupati menyebut bahwa 50 persen produksi jagung di Demak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Sejumlah perusahaan menyerap hasil panen jagung setiap tahunnya, serta juga untuk memenuhi l kebutuhan untuk kabupaten sekitar

"Setelah masa panen jagung  selesai, para petani di Karangawen akan beralih menanam tembakau. Petani tembakau tahun lalu ketiban berkah lantaran bisa mendapatkan harga yang tinggi di pasaran. Diharapkan, ke depan harganya stabil sehingga menarik minat masyarakat untuk bertani dan makin berdaya," katanya.

Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Demak Agus Herawan mengatakan luasan tanaman jagung di Demak sekitar 6.010 Ha, dengan perkiraan produksi mencapai 40.342 ton/tahun.

"Lahan jagung tersebut kebanyakan tersebar di Kecamatan Karangawen, Mranggen, dan Guntur. Di masa awal panen harga jagung Rp 6.000/kg, saat ini Rp 4.300/kg," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Sidorejo Warnoto Utomo mengatakan masalah yang dihadapi petani masih sama, yakni pupuk. Menurutnya, banyak petani yang tidak mengetahui jika harus mengumpulkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) setiap tahunnya.

"SPPT ini yang digunakan untuk pengajuan pupuk subsidi. Jika tidak mengajukan maka tidak dapat pupuk subsidi. Jika pupuk kurang maka hasil panen tidak maksimal," katanya.