Pangan dan Energi Variabel Utama Inflasi

Pangan dan Energi menjadi penyumbang besar dalam dinamika inflasi dunia termasuk di Indonesia. Hal tersebut disampaikan kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Margo Yuwono saat paparan pada acara rapat koordinasi pengendalian inflasi yang dipimpin Menteri Dalam Negeri, Senin (24/10/2022) yang diikuti secara virtual oleh seluruh Pemprov, Pemkab/Kota seluruh Indonesia.


Margo mengatakan, kondisi global seperti perang antara Rusia-Ukraina mengakibatkan fluktuasi harga bahan bakar minyak dan gas karena Rusia adalah pengekspor minyak nomor empat di dunia. Naiknya harga bahan bakar minyak diikuti juga dengan naiknya harga gas sehingga dua hal tersebut mempengaruhi rantai pasok kebutuhan termasuk di Indonesia.

"Mempengaruhi biaya distribusi karena BBM dan gas adalah kebutuhan yang mendasar yang harus dipantau fluktuasi harganya," katanya.

Selain merekomendasikan pemantauan harga, BPS menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan kebijakan makro seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Menurutnya, angka inflasi yang sempat meninggi di Amerika Serikat disikapi dengan kebijakan suku bunga acuan yang dikeluarkan bank Sentral sehingga.

"Walaupun inflasi kita masih relatif rendah yaitu 5,95 persen dibanding negara lain, tapi kita patut terus waspada. Kami rekomendasikan 20 komoditas pangan dan empat energi untuk selalu dipantau dinamikanya," ujarnya.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI, Arief Prasetyo Adi dalam paparannya juga meminta kepada Pemda untuk berkoordinasi dengan pihaknya terkait kebutuhan apa yang mendesak pada suatu daerah. Hal tersebut untuk menambal rantai pasok yang timpang sehingga harga kebutuhan pokok bisa dikendalikan.

"Misalnya pada suatu daerah membutuhkan pasokan jagung untuk pakan ayam, maka koordinasikan dengan kami agar harga telur atau ayam pedaging tidak naik," ujar Arief.

Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian  menuturkan, inflasi menjadi tantangan dunia pada saat ini. Dampak inflasi menurut Tito tidak bisa dianggap sepele karena bisa berdampak pada stabilitas politik seperti yang terjadi di Sri Lanka dan juga Lebanon.

"Di Lebanon sudah sampai 162 persen dan Sri Lanka 69,8 persen. Harga minyak menyentuh lebih dari 100 USD per barrel makanya kita harus bersinergi lintas sektor agar inflasi bisa dikendalikan. Kita menyikapinya harus seperti kita menghadapi Covid-19, pusat hingga daerah bahu membahu kompak," kata Tito.

Acara tersebut juga diikuti Pemkab Purbalingga yang dipimpin Sekda Herni Sulasti, Forkopimda dan Kepala BPS Purbalingga.