Pedagang Susah Dapat Stok, Minyak Goreng Curah Langka di Batang

Pascapengembalian harga minyak goreng curah menjadi Rp 14 ribu per liter, justru terjadi kelangkaan. Hal itu yang ditemukan Bupati Batang Wihaji saat melakukan inspeksi mendadak di Pasar Batang.


Ia mampir di beberapa toko sembako dan menemukan tidak ada stok migor curah. Kalaupun ada, para pedagang lebih memilih untuk menjual di kisaran Rp 20 ribuan.

"Kemarin masih ada, tapi hari ini kosong. Sama sekali tidak ada," kata seorang pedagang, Romadoni (36), Jumat (18/3).

Ia mengatakan terakhir menjual migor curah di angka Rp 21 ribu per liter. Sebab, harga kulakan-nya mencapai Rp 18.500 per liter.

Isrofiyah, pedagang lainnya juga heran, mengapa saat mahal justru migor curah ada. Tapi, ketika harga turun, barangnya tidak ada.

"Kalau kulakan masih tinggi, misal Rp 18 ribu, masak dijual Rp 14 ribu. Ya mending engga usah jual sekalian," katanya.

Bupati Batang Wihaji yang menemukan kelangkaan migor curah di lapangan merasa pusing. Temuannya, selain migor curah langka, harganya pun masih tinggi.

"Saya ini lagi pusing, tadi malam kami dapat surat dari kementrian perdagangan. Mulai jam 00.00 mulai ditetapkan HET curah Rp 14 ribu. Tapi di lapangan engga ada pak," kata politisi Golkar itu.

Ia mengatakan, jika para pedagang kulakan di angka Rp 296 ribu per 16,5 Kilogram/liter, maka harga jual per liter tidak mungkin Rp 14 ribu. Minimal, para pedagang harus menjual di angka Rp 19 ribu.

Wihaji mengatakan para pedagang akan rugi jika menjual harga sesuai HET. Pedagang jelas tidak akan mungkin bersedia.

"Semoga nanti ada kebijakan. pak Disperindagkop nanti koordinasi dengan provinsi maupun kementrian terkait yang berkenaan dengan migor," ucapnya.

Kelangkaan minyak goreng curah juga terpantau langka di Pasar Subah. Tidak ada satupun pedagang yang menjual migor curah karena tidak ada kiriman stok.