Dunia Atletik nasional dikejutkan dengan meninggalnya pelari veteran yang berprofesi sebagai tukang becak asal Kota Salatiga, Darmianto, Senin (4/9).
- Peringatan Haul KH. Muchtarom Ke-30 dan Hj. Ruminah Hasanah Ke-5 di Kalikondang Dihadiri Ratusan Jamaah dan Berlangsung Khidmat
- Peringati Hari Pers Nasional, 11 Tokoh Jawa Tengah Terima Penghargaan HPN Jateng Award 2023
- Cabup Purworejo Ini Cinta Olahraga
Baca Juga
Legenda pelari peraih puluhan medali regional, nasional bahkan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional kontras dengan kehidupan sehari-harinya sebagai tukang becak.
Pelari senior wanita Siti Fatimah salah satu orang yang terkejut dengan mangkatnya sang legenda, Mbah Dar, sapaan karib Darmianto, memiliki kenangan sendiri.
"Banyak jasa ditorehkan Pak Darminto untuk perkembangan PAMI Salatiga. Tahun 1999
Saya mulai dikenalkan Pak Dar PAVI (Persatuan Atlet Veteran Indonesia) diawali di Kejurnas di Bandung. Saat itu, meraih 3 medali emas. Hingga akhirnya, PAVI Menjadi PAMI," ujat Siti Fatimah yang dihubungi baru menginjakkan kaki di Bandara A Yani Semarang, usai mengikuti Kejuaraan Nasional di Palembang.
Ia mengenal sosok Darminto adalah pribadi disegani dan di hormati dari tingkat nasional hingga dunia.
Karena prestasi dan santunnya, hingga Mbah Dar menjadi tauladan untuk atlet lain karena tulus .
"Almarhum sosok yang tidak sombong. Dengan prestasi yang dimiliki. Seluruh Anggota PAMI Se Indonesiamerasa kehilangan beliau yang sangat santun dan bersahaja selain usianya paling tua yakni 87 tahun, beliau pantas mendapat sebutan Pahlawan Olahraga," terangnya.
Catatan prestasi Mbah Dar seingat Siti Fatimah, salah satunya adalah kejuaraan AMA di Kuching Malaysia pada bulan Desember 2018. Saat itu, Mbah Dar meraih 1 medali Perak dan 1 medali Perunggu.
Rasa kehilangan juga diungkapkan Ketua Koni Salatiga, Agus Purwanto. Dikonfirmasi masih berada di Jakarta, atas nama pribadi maupun keluarga bisa organisasi Koni Salatiga ia mengucapkan turut berduka cita atas berpulangnya atlet senior panutan Mbah Dar.
"Mbah Dar 'berpulang' karena sakit beberapa hari terakhir ini. Tentunya kami sangat kehilangan atas berpulangnya sosok inspirasi, inspirator bagi para atlet di Salatiga khususnya," terang Agus Purwanto.
Almarhum dinilainya, meski atletik yang sudah tua namun Mbah Dar masih mempunyai semangat untuk mengikuti pertandingan.
Bahkan, semangat sosok Mbah Dar untuk berkompetisi dan mempersembahkan medali bukan hanya untuk Salatiga, Jawa Tengah tapi juga Indonesia di mata atlet muda semangat luar biasa.
"Mbah Dar bahkan pernah di Master International, ini luar biasa ini menjadi inspirasi bagi semua atlet serta para pelaku olahraga. Hal yang menginspirasi adalah, bahwa prestasi itu sepanjang usia, prestasi tidak terbatas hanya karena faktor usia, bukan hanya faktor kesehatan, bukan hanya faktor ekonomi tapi Mbah Dar membuktikan bahwa di kehidupan kesederhanaan yang setiap harinya almarhum ini berprofesi sebagai salah satu pengais becak di kota Salatiga sekaligus juga sebagai atlet ini membuktikan berjuang untuk meraih prestasi sederhanaan menjadi bukti, tetap bisa berprestasi," bebernya.
Dan satu lagi, lanjut Agus, dengan prestasi tinggi Mbah Dar tetap dalam kesederhanaan.
Tak jarang, sebagai saksi hidup perjuangan Mba Dar, Agus tahu betul keluarga almarhum selalu membujuk untuk istirahat dan jangan lagi menarik becak.
Namun Mba Dar tidak mengindahkan. Ia tetap melakukan kecintaannya terhadap profesi tukang becaknya.
"Mbah Dar beranggapan, profesi tukang becak bukan profesi yang hina tetap hasilnya adalah uang yang halal. Dan dari situ beliau juga sekaligus ingin menunjukkan bahwa sela-sela menarik becak bagian dari berlatih," imbuhnya.
Agus berharap tentunya semangat Mba Dar menjadi dorongan nagi para generasi muda.
Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit yang langsung mengikuti prosesi pemakaman Mbah Dar beranggapan nama dan jasa Almarhum tetap alam dikenang dunia.
"Beliau boleh tiada, tapi nama dan jasanya di dunia atlet Master tetap di kenang oleh Dunia," tegas Dance.
Darmianto yang sempat ditemui RMOLJateng semasa hidupnya mengaku, berhasil menyabet puluhan medali kejuaran lari tingkat regional, nasional, dan internasional setelah menapaki usia kepala empat.
"Saya menjadi atlet sejak 1971 silam. Saat itu, usia saya sudah memasuki 35 tahun," ucap Mbah Dar.
Mbah Dar dimakamkan di Salatiga sekitar pukul 15.00 WIB setelah sempat dirawat di ICU RSUD Salatiga.
Jenasah almarhum sempat disemayamkan di rumah duka, dikawasan Krandon Lor RT 20/ VII, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
- Agus Sutisna Ajak Warga Sinergi Bangun Jepara
- Gagal Jadi Polisi, Mahasiswa Unisula Malah Catat Sejarah Jadi Anggota DPRD Demak Termuda
- Blora Siap Jadi Teras Budaya Nasional