Perkuat Kurikulum Merdeka, DPKS Adakan Dialog Pendidikan

Dewan Pendidikan Kota Semarang (DPKS) mengadakan Dialog Pendidikan tentang Penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) melalui Pelatihan Platform Merdeka Mengajar (PMM) Secara Mandiri bagi semua sekolah di kota Semarang.


Staf Ahli Bidang Pembangunan Sumber Daya Manusia Pemkot Semarang, Suwarto mengatakan semua pihak harus bisa memahami kondisi pendidikan saat ini yang tidak lepas dari dampak pandemi dan memaksa siswa belajar secara online. 

Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) sebagai pengganti pembelajaran tatap muka diakui memiliki banyak kekurangan. Hal itu banyak diungkapkan oleh para orang tua murid. 

Untuk itu, dia meminta agar dialog tersebut menjadi sebuah silaturrahim dan sarana bertukar pikiran dalam mencari solusi atas berbagai persoalan pendidikan yang ada saat ini.

Widyaiswara Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Jawa Tengah, Alif Noor Hidayati mengatakan, perkembangan pendidikan di kota Semarang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam persiapan IKM. 

"Kota Semarang ini progresnya luar biasa, cepat sekali dalam dua bulan ini,” katanya, Selasa (22/11) siang.

Sejalan dengan persiapan IKM, dia mengungkapkan pola IKM berbeda dengan kurikulum sebelumnya. 

Pada kurikulum terbaru ini, katanya sebuah terobosan baru dalam menyikapi perkembangan yang ada, salah satunya teknologi, 

“Sumber belajarnya sangat banyak, update, kontekstual dan inovatif,” bebernya.

Dia juga mengungkapkan, webinar yang ditayangkan di youtube sebagai salah satu cara membentuk komunitas belajar. 

Ia mengatakan tidak mungkin BPMP saja yang bergerak atau Dewan Pendidikan saja yang bergerak. Peningkatan mutu pendidikan membutuhkan kerjasama dari semua pihak dalam sebuah komunitas belajar.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Semarang, Budiyanto mengungkapkan, kegiatan organisasi yang ia pimpin harus mampu mendorong peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di kota Semarang. 

"Oleh karena itu, saya berusaha supaya Dewan Pendidikan Kota Semarang ini bisa memberikan manfaat bagi pendidikan di kota Semarang, minimal memberikan saran, masukan dan rekomendasi bagi pemangku kebijakan untuk peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di kota Semarang,” ungkap Budiyanto.

Lebih lanjut, ia menyebut sejak tahun 2020 mendapatkan ujian berupa Covid-19 yang mengubah berbagai pola dan tatanan kehidupan, tidak terkecuali juga pendidikan yang mengganti pola mengajar secara daring.

“Setelah semua anak didik, tenaga pendidikan dan kependidikan sudah divaksin, kita baru memulai kembali pendidikan tatap muka,” paparnya.

Selain itu, Budiyanto juga mengungkapkan komitmen dukungan Dewan Pendidikan Kota Semarang dalam menyukseskan Program Sekolah Penggerak (PSP) di kota Semarang sebagai upaya untuk akselerasi peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. 

Lebih jauh Budiyanto menuturkan dalam persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka melalui aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) secara Mandiri. 

Dia katakan dari pelatihan PMM, hasilnya untuk Kota Semarang mengalami fluktuasi dari rangking 34 se Jawa Tengah naik ke 29, 22, 11 hingga sempat di posisi ke 3 dan saat ini berada di posisi 8.

"Kurikulum Merdeka ini penyempurnaan dari Kurikulum 13 (K13), bukan mengganti," bebernya.

Menurut Budiyanto, kurikulum merdeka dari pembelajaran untuk penguasaan literasi, numerasi dan kegiatan project 20 persen yang membangun karakter yang diharapkan menghasilkan profil Pelajar Pancasila. 

Untuk mengetahui kualitas dan mutu pendidikan dalam kurikulum terbaru ini, lanjutnya dilakukan melalui asesmen. 

Jadi, bukan hanya kepala sekolah, guru dan murid saja yang dinilai. Namun lebih dari itu juga lingkungan tempat tinggal peserta didik. 

"Penguasaan literasi, numerasi dan survey karakter diharapkan menghasilkan profil Pelajar Pancasila," tandasnya.