- Dewan Pengawas Siap Kawal Transformasi RSI Sultan Agung Semarang
- PMI Batang Dan POPTI Bantu Penderita Talasemia Dapatkan Darah Leucodepleted Berkualitas
- Percepatan Penurunan Stunting, Wakil Bupati Sukoharjo Tekankan Sinergi Lintas Sektor
Baca Juga
Batang - Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) Budi Setiyono turun langsung ke Batang untuk memastikan kesiapan pelaksanaan lima program unggulan bertajuk Quick Wins pada Jumat (25/04) kemarin.
Program yang digagas Kemendukbangga ini mencakup lima aksi nyata: Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Lansia Berdaya, dan Super Apps Layanan Keluarga Indonesia. Semuanya dirancang sebagai langkah cepat dan terukur menyongsong bonus demografi dan menuju Indonesia Emas 2045.
“Ini bagian dari rangkaian kunjungan kami untuk mengecek kesiapan pelaksanaan lima Quick Wins yang kami desain. Intinya, ini kontribusi dari kementerian kami untuk mengantisipasi bonus demografi,” katanya saat meninjau salah satu lokasi program di Desa Lebo, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jumat (25/04).
Salah satu program yang menjadi perhatian serius adalah Tamasya. Program ini ditujukan untuk mendampingi tumbuh kembang anak-anak usia dini, terutama dari keluarga yang orang tuanya bekerja di kawasan industri. Di Batang, hal ini menjadi krusial mengingat keberadaan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
“Kalau di satu pabrik dibutuhkan 10.000 tenaga kerja, tapi yang sesuai hanya 5.000. Maka fungsi pabrik itu tidak maksimal. Ini bukan hanya soal lapangan kerja, tapi juga kesiapan keluarga. Kalau pekerja perempuan punya anak dan tidak ada tempat penitipan, mereka bisa berhenti kerja. Maka kita butuh Tamasya di kawasan industri ini,” jelasnya.
Budi juga menegaskan, keberadaan Tamasya tidak sekadar tempat menitipkan anak. Ada standar khusus yang ditetapkan kementerian, mulai dari pengasuh bersertifikat, pemenuhan gizi, sanitasi, hingga pendampingan psikologis dan medis, bekerja sama dengan berbagai kementerian, lembaga, dan puskesmas.
“Kalau anaknya stunting, pengasuh harus tahu cara menangani dan berkoordinasi dengan puskesmas. Gizi pun harus diperhatikan, makannya harus sesuai standar, termasuk sanitasi ruang dan rasio anak dengan luas ruangan,” tegasnya.
Menurutnya, bonus demografi tidak bisa dipetik begitu saja tanpa strategi. Jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak tidak otomatis menjadi keuntungan jika tidak dikelola secara terpadu.
“Kalau mereka tidak bekerja, tidak produktif, maka bukan jadi bonus, tapi malah disrupsi demografi mereka bisa jadi pelaku kriminal, preman, atau beban negara. Kita harus pastikan mereka mendapatkan pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan yang layak sejak lahir hingga lansia,” terangnya.
Ia juga menambahkan, sejak bayi lahir, negara harus sudah siap dari pelayanan seribu hari pertama kehidupan, pendidikan berkualitas, hingga penyediaan lapangan kerja yang sesuai kompetensi.
“Tidak boleh ada warga negara yang dibiarkan hidup di bawah standar. Semua harus mendapat kesempatan mengembangkan diri secara optimal,” ungkapnya.
Pemilihan Kabupaten Batang sebagai pilot project bukan tanpa alasan. Selain karena KITB yang strategis, Batang juga dianggap memiliki kesiapan infrastruktur dan kemauan kuat dari pemerintah daerah.
“Dari sini kita berharap, muncul satu model pembangunan manusia berbasis keluarga dan kependudukan yang bisa direplikasi ke seluruh Indonesia, hingga ke tingkat desa. Kami ingin ke depan, setiap desa punya tempat penitipan anak, pelayanan lansia, remaja, sampai terbentuk kampung KB yang betul-betul berkualitas,” pungkasnya.
- Satbinmas Ops Aman Candi 2025 Edukasi Masyarakat Di Berbagai Lokasi Strategis
- TNI-Polri Dan Pemkab Sukoharjo Karya Bakti, Bersihkan Pasar Cuplik Dan Saluran Irigasi
- Program Pertanian Rutan Banjarnegara, Ladang Pembinaan Bagi Warga Binaan