Setiap bulan suci ramadhan, ratusan santri pondok pesantren Manbaul a’la Purwodadi Kabupaten Grobogan lakukan ngaji kilatan kitab kuning. Hal itu sudah menjadi tradisi turun temurun.
- Ruas Jalan Pusat Kuliner Batang Rusak Parah, Warga: Truk Galian Lewat Terus
- Muncul Wacana Diskresi untuk Tambang Ilegal Gol C di Batang
- Sekda Salatiga: Tak Boleh Ada Penolakan Pasien Covid-19
Baca Juga
Tradisi ngaji kilatan menjadi ciri khas di pondok pesantren terutama setiap bulan ramadhan. Para santri mengaji sejumlah kitab karya ulama salaf islam.
Proses ngaji kitab gundul tersebut dilakukan dengan metode sorogan, yakni seorang kiai membacakan kalimat dalam kitab dengan makna, sementara santri menulis dengan hurup arab pegon.
Sesekali, kiai memaparkan arti kajian agar lebih dipahami para santri. Tak jarang diisi dengan gurauan agar para santri tidak jenuh dalam proses mengaji.
Pengasuh Ponpes Manbaul a'la Gus Sirojudin mengatakan, selama mengikuti ngaji kilatan kitab kuning para santri dituntut mengkhatamkan kitab yang dikaji tersebut.
"Kitab - kitab salaf memberikan manfaat bagi santri, salah satunya meningkatkan pemahaman dalam beragama dan meningkatkan keilmuan santri. Berbagai kajian ulama salaf dapat dijadikan patokan ataupun dasar dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya, Sabtu (25/3).
Dia berharap di bulan ramadhan para santri dapat mengisi dengan kegiatan yang bermanfaat termasuk menuntut ilmu agama agar bermanfaat bagi kehidupan dan setelahnya.
- Lewati Pematang Sawah, Petugas Polsek Mranggen Bagikan Sembako ke Petani
- Walikota Semarang Dijadikan Anggota Kehormatan KKSS
- Ratusan Hektar Areal Pesawahan Desa Loireng Demak Beralihfungsi Tambak