Qodari: Mundurnya Ara dari PDI Perjuangan Buka Kisah Sabam Sirait dan Megawati

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, Dalam Kesempatan Bersama Para Tokoh Politik Nasional
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, Dalam Kesempatan Bersama Para Tokoh Politik Nasional

Mundurnya politisi senior PDI Perjuangan Maruarar Sirait dari partai tersebut terus mendapat sorotan. Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari juga menyoroti langkah politisi yang akrab disapa Ara itu.


Mundurnya politisi senior PDI Perjuangan Maruarar Sirait dari partai tersebut terus mendapat sorotan. Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari juga menyoroti langkah politisi yang akrab disapa Ara itu.

“Ara ini kan bapaknya (adalah) Sabam Sirait, pendiri PDI pada tahun 1973, bahkan pernah menjadi Sekretaris Jenderal dari PDI,” ujar Qodari dalam keterangannya yang dikutip Jumat (19/1)

Ara diketahui mundur dari PDI Perjuangan pada Senin (15/1) dengan mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) PDI Perjuangan ke DPP PDI Perjuangan yang diterima oleh Wasekjen PDI Perjuangan Utut Adianto.

Dalam podcast di kanal YouTube Panangian Simanungkalit, Qodari juga menyoroti latar belakang Sabam Sirait.

Sabam merupakan pendiri Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan sekaligus memiliki jasa besar dalam karier politik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Ayah Ara berpengaruh besar bagi karir politik seorang Megawati hingga berhasil menjadi wakil presiden ke-8 dan presiden ke-5 di Indonesia.

“Pak Sabam itu adalah orang yang mengajak Bu Mega masuk ke PDI. Jadi PDI ini kalau dilihat dari ideologi adalah keberlanjutan dari PNI. Nah, Bu Mega itu awalnya berada di luar sistem, lalu diajak oleh Pak Sabam masuk ke dalam PDI sampai kemudian jadi anggota DPR dan jadi Ketua PDI,” ucapnya.

“Jadi kalau kemudian Bu Mega lalu jadi Ketua Umum PDI Perjuangan setelah reformasi lalu PDI Perjuangan meledak. Bu Mega jadi wakil presiden, jadi presiden, mungkin itu tidak akan terjadi kalau gak ada Pak Sabam,” imbuhnya.

Qodari menegaskan, tanpa andil dari Sabam Sirait mungkin saat ini Megawati hanya akan jadi orang biasa. Bahkan tidak menemukan momentumnya menjadi tokoh besar yang disegani hingga kini.

“Jadi bisa dibayangkan kalau Pak Sabam itu tidak mengajak Bu Mega bisa jadi Bu Mega, mohon maaf jadi ibu rumah tangga seumur hidupnya, atau misalnya beliau tetap di partai tetapi partai politiknya dan karir politiknya tidak secemerlang apa yang terjadi,” ungkapnya.

Qodari membandingkan jika Megawati senasib dengan Rachmawati atau Sukmawati. Keduanya berpartai tetapi tidak punya momentum dan biasa saja.

Sabam Sirait meniti awal karier politiknya dengan menjabat sebagai menjadi pejabat Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) periode 1963-1967. Kemudian, ia resmi menjadi sekjen pada 1967-1973.

Pada 10 Januari 1973, Sabam ikut mendirikan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan menjadi sekjen partai tersebut selama tiga periode dari 1973 hingga 1986.

Sabam Sirait disebut menjadi figur yang berhasil membujuk Megawati untuk terjun politik. Awalnya Megawati terus menolak karena situasi politik pada era dekade 1980-an itu.

Saat itu pemerintah melarang keluarga besar Soekarno atau Bung Karno masuk ke dunia politik.

Dalam suatu kesempatan, Megawati, melalui Hasto Kristiyanto, mengakui bahwa Sabam adalah figur yang membujuk Megawati terjun ke dunia politik.

“Pak Sabam yang membujuk terus,” ujar Hasto meniru ucapan Megawati, pada saat merayakan ulang tahun Sabam Sirait yang ke-80 pada Sabtu (15/10/2016) lalu.

Hasto juga menyebutkan bahwa Megawati masih ingat momen ketika dia akhirnya setuju untuk ikut politik karena bujukan Sabam.

“Setelah beberapa kali dibujuk, bujukan terakhir di salah satu airport di Jakarta dan akhirnya mau,” kata Megawati menurut Hasto.

Hasto menambahkan, Sabam Sirait merupakan sosok penting dalam sejarah PDI-P.

“Bukan hanya sebagai sekjen terlama, tapi (ia) meyakinkan kami di tengah arus pragmatisme politik sekarang, bahwa politik itu suci,” tutur Hasto.

Megawati juga mengaku bersyukur pernah diajak Sabam ke dunia politik. Sebab, jika Sabam tidak terus membujuknya mungkin Megawati tidak akan menjadi tokoh politik yang disegani seperti sekarang.