Ribuan Hektare Tanaman Padi Walik Dami Di Rembang, Sebagian Besar Di Kaliori, Puso

Kodim 0720 Rembang Beberapa Waktu Lalu Melakukan Dropping Air Untuk Mengairi Lahan Pertanian Di Desa Wiroto Kecamatan Kaliori Dalam Upaya Menekan Gagal Panen. Dokumentasi
Kodim 0720 Rembang Beberapa Waktu Lalu Melakukan Dropping Air Untuk Mengairi Lahan Pertanian Di Desa Wiroto Kecamatan Kaliori Dalam Upaya Menekan Gagal Panen. Dokumentasi

Rembang - Akibat kekurangan air, sekitar 1.400 hektare tanaman padi walik dami di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Rembang dinyatakan puso alias gagal panen. Kondisi ini paling banyak melanda wilayah Kecamatan Kaliori dan Sumber yang mencapai 1.200 hektare.

Hanya dua dari 14 kecamatan yang tidak mengalami gagal panen yakni Sale dan Pamotan. Karena di dua kecamatan tersebut terdapat sumber air cukup besar Yakni sumber Semen di Desa Tahunan dan sumber Mudal Pamotan. Sementara di kecamatan yang lain hanya mengandalkan air tadah hujan dan embung. Akibat puso, petani mengalami kerugian cukup besar. 

Sebenarnya, jika semua pihak mulai dari petani yang bergabung di Paguyuban Pegguna Air, Pemkab, Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Serang, Lusi dan Juwana (Seluna) PUPR Jateng dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana dan stakeholder yang lain, kompak bersama-sama mengatasi kekurangan air pada musim tanam (MT) II atau lahan walik dami, kondisi lahan puso bisa ditekan.

Karena sebenarnya di wilayah Kecamatan Sumber dan Kaliori terdapat Daerah Aliran Sungai (DAS) Randugunting. Di DAS tersebut terdapat Waduk Randugunting di Desa Kalinanas, Kecamatan Japah, Blora dan Bendung Sapen di Desa Jatihadi, Kecamatan Sumber, Rembang. Namun, Bendung Sapen sudah bertahun-tahun dangkal lantaran sedimentasi, sehingga tidak berfungsi sama sekali.

Sejak perencanaan pembangunan Waduk Randugunting yang menelan dana sekitar Rp888.000.000.000, sudah dipetakan bahwa Rembang dan Pati akan mendapat manfaat untuk pengairan lahan pertanian di Kecamatan Sumber dan Kaliori. Sedang Pati di wilayah Kecamatan Jaken dan Batangan. Sementara itu Blora akan mendapat manfaat untuk air bersih di Japah dan wisata.

Camat Kaliori Desti Muryadi saat di konfirmasi RMOLJateng Senin (23/9) mengatakan, membenarkan bahwa pada Musim Tanam (MT) II sekitar 1.200 hektare tanaman padi di Kaliori dan Sumber puso.

Desti mengatakan untuk menekan lahan puso tahun depan, maka dalam pekan ini pihaknya akan mengumpulkan para petani di Sumber dan Kaliori yang tergabung dalam paguyuban petani pengguna air di Pendopo Kecamatan Kaliori.

"Kami berharap pada pertemuan tersebut akan sepahaman pengelolaan manajemen air lebih baik, sehingga tahun depan lahan puso bisa ditekan. Syukur tidak ada yang puso," ungkap Desti.

Anggota DPRD Rembang Ridwan SH saat di mintai tanggapan soal diatas dengan tegas mengatakan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil para pihak yang terkait dengan pertanian dan pengairan. Antara lain BBWS, PSDA Jateng, Dintampan (Dinas Pertanian dan Pangan-red), P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air-red) dan para camat. Ini penting agar kita semua khususnya stakeholders terkait bisa menangani manajemen pengelolaan air dengan baiik, sehingga ke depan tidak ada lagi tanaman padi puso," tegas Ridwan 

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDI-P) Rembang itu menambahkan, soal pengelolaan manajemen air harus ditata ulang sehingga kedepan para petani tidak boleh dirugikan. Selain itu harus dipastikan di lahan-lahan pertanian potensial para petani harus diasuransikan.

"Dengan diasuransikan, maka ketika mereka gagal panen, ada kompensasi klaim dari asuransi," pungkas Ridwan.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Rembang Agus Ika Himawan ketika dikonfirmasi mengatakan, sebenarnya air dari waduk Randugunting sudah sering dibuka. Namun karena MT II agak mundur, sehingga tidak sesuai musim. 

Agus menyatakan, luas lahan pertanian yang mengalami puso tahun ini sekitar 1.400  hektare. Sementara itu dari luas lahan diatas yang sudah di asuransikan sekitar 500 hektare. Setiap hektare mendapat klaim asuransi sekitar Rp6.000.000.

"Saat ini sekitar 200 hektare dalam proses klaim asuransi," pungkas Agus Ika Himawan.