Sekitar 250 paus pilot mati setelah mereka terdampar massal di sebuah Pulau Chatham, Selandia Baru pada Jumat (7/10). Namun demikian, insiden kali ini telah memaksa paus yang masih hidup di-eutanasia akibat situasi yang tidak memungkinkan.
- Jaringan Internet Ukraina Kembali Aktif Berkat Elon Musk
- Bintang Tinju Manny Pacquiao Siap Jadi Capres Filipina 2022
- Konflik Masih Berlanjut, Teguh Santosa: Misi Jokowi Damaikan Rusia-Ukraina Tidak Gagal!
Baca Juga
Seperti dimuat MSN News pada Sabtu (8/10), paus yang hidup dibuat tidur oleh tim terlatih dan telah didiamkan hingga tewas di pinggir laut, untuk mencegah penderitaan yang lebih lanjut bagi paus-paus tersebut.
“Kami tidak secara aktif mengapungkan paus di Kepulauan Chatham karena risiko serangan hiu terhadap manusia dan paus itu sendiri," kata departemen konservasi Selandia Baru dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Kini ratusan paus pilot yang terdampar sekarang sudah mati dan tubuh mereka akan dibiarkan membusuk secara alami di lokasi.
"Kepulauan Chatham adalah tempat yang sulit untuk dijamah. (Pulau ini) dikenal dengan hiu putih, pantai yang tidak dapat diakses, dan populasi yang kurang dari 800 orang. Itu bukan pilihan (baik)," kata LSM penyelamat mamalia laut, Johan Project.
Kepulauan Chatham ini sering menjadi lokasi kematian dari para paus yang terdampar. Pada tahun 1918 lalu, peristiwa terbesar seperti itu tercatat dengan sekitar 1.000 paus pilot terbunuh. Sementara pada 2018, telah tercatat 51 paus pilot tewas setelah terdampar di Teluk Hanson.
Sementara itu lebih dari dua minggu yang lalu, hampir 200 paus mati di sebuah pantai di bagian barat Tasmania yang terpencil di Australia. Namun layanan satwa liar negara bagian berhasil mengapungkan kembali 44 mamalia.
- Anggota Parlemen Inggris Tewas Ditikam Pemuda Tak Dikenal di Gereja
- Ke Singapura, Retno Bawa Agenda Penanggulangan Teroris Hingga Perundingan RCEP
- Putra Mahkota Arab Saudi Perluas Masjid Pertama Dibangun Nabi Muhammad SAW