Rupiah Anjlok Lagi, Tembus Rp 14 Ribu

Kurs rupiah kembali me­lemah di hari pertama perda­gangan pascalibur Lebaran. Melansir Bloomberg Dollar Index, Kamis (21/6), Rupiah pada perdagangan spot ex­change dibuka melemah 161 poin atau 1,16 persen ke level Rp14.093 per dolar Amerika Serikat (AS).


Menteri Koordinator (Men­ko) bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan ini akibat kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 2,00 persen pada pertengahan bulan Juni.

Kenaikan ini pun menjadi yang kedua di 2018 dan ketu­juh sejak akhir 2015. Namun begitu, Darmin meminta pasar tidak terlalu merisaukan pen­guatan dolar tersebut. Menu­rutnya, hal tersebut wajar ter­jadi lantaran hari libur panjang Lebaran 2018.

"Dolar naik satu persen jangan terlalu dirisaukan, naik karena kita liburnya banyak saat Lebaran. Orang enggak tahu ini bagaimana dan orang hantam saja di hari pertama kerja," kata Darmin di kan­tornya, kemarin.

Ia juga menilai, pergerakan nilai tukar rupiah juga dipen­garuhi defisit transaksi berjalan Indonesia yang selama ini masih mencatat defisit. Seperti diketahui, beberapa bulan be­lakangan, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat defisit. "Artinya, ekspor barang dan impornya defisit. Itu harus diatasi dulu karena berpengar­uh dengan pergerakan rupiah," kata Darmin

Meski demikian, Darmin meyakini penguatan dolar AS terhadap rupiah tersebut tidak akan berlangsung lama. Dia optimistis rupiah akan kembali menguat terhadap dolar AS dalam beberapa hari ke depan. "Oleh karenanya, jangan itu dianggap sudah akhir cerita. Lusa juga bisa saja berubah lagi," katanya.

Sebelumnya, bekas Guber­nur Bank Indonesia itu men­gatakan, nilai tukar rupiah saat ini sudah tidak terlalu berge­jolak dibanding beberapa waktu lalu. Kondisi ini, berkat respons pemerintah dan berba­gai pihak dalam menghadapi tekanan pelemahan rupiah. Terutama langkah Bank Indo­nesia (BI) dalam menaikkan suku bunga acuan.

"Kurs memang sempat agak gonjang-ganjing, sekarang pun belum normal benar, tetapi su­dah lebih tenang," katanya.

Darmin memastikan, saat ini pemerintah terus berusaha menjaga keseimbangan dari neraca perdagangan. Dengan menjaga neraca perdagangan ke arah positif, maka rupiah juga bisa terus menguat.

"Kalau Anda mengikuti ekonomi khususnya perdagan­gan, perdagangan kita dengan luar negeri kita defisit sejak 2-3 bulan terakhir, itu ikut mem­perngaruhi tekanan terhadap pelemahan rupiah, kemudian kita kordinasi antara pemerin­tah, BI, OJK, LPS, itu situasi kemudian bisa lebih terkendali, dan market lebih percaya," tegas Darmin.