Sosok Penerus Pura Mangkunegaran Menurut Pemerhati Sejarah Budaya Solo

Penerus tahta Mangkunegaran pasca wafatnya KGPAA Mangkunegara IX masih menjadi misteri.


Sudah melewati 40 hari namun situasi masih adem ayem. 

Dua nama menjadi calon penerus mulai mengemuka yakni G.P.H. Paundrakarna Jiwo Suryonegara dan G.P.H. Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo. Keduanya merupakan putra kandung dari Mangkunagoro IX, namun berbeda ibu. 

Paundra merupakan putra pertama dari pernikahan Mangkunagoro IX dengan Sukmawati Soekarnoputri yang kemudian berpisah. Sedangkan Bhre adalah putra dari pernikahan Mangkunagoro IX dengan Prisca Marina Yogi Supardi yang kemudian dinobatkan menjadi permaisuri dari Mangkunagoro IX. 

Pegiat sejarah dan budaya di Solo, Surojo sampaikan suksesi kepemimpinan di Mangkunegaran berdasarkan rekam dan jejak sejarah untuk penerusnya belum tentu merupakn anak kandung dari Mangkunegara sebelumnya. 

"Dari rekam sejarah suksesi kepemimpinan di Mangkunegaran tidak mutlak harus putra mahkota atau harus anak kandung dari Mangkunegara sebelumnya. Tetapi dicarikan sosok pemangku adat atau pemangku kadipaten yang  kredibel," jelasnya Minggu (26/9).

Bisa dilihat saat suksesi Mangkunegara II, merupakan cucu Mangkunegara I, kemudian Mangkunegara III itu cucu Mangkunegara II. Mangkunegara IV adalah sepupu Mangkunegara III. Sedangkan Mangkunegara VI itu adik Mangkunegara V. 

Harus diketahui, sejarah awal pengangkatan Mangkunegara juga melibatkan melibatkan punggawa baku patang puluh (40). Dimana punggawa baku 40 adalah orang terdekat (pembantu) yang setia pada Pangeran Samber Nyawa dan membantunya melawan Belanda.

"Punggawa baku 40 itu tersebar di berbagai daerah yang mempunyai basis kekuatan prajurit dan logistik yang luar biasa. Tanpa punggawa baku ini sulit rasanya Mangkunegara I mencapai kemenangan," paparnya. 

Surojo menambahkan lebih baik diserahkan kembali kepada keluarga besar trah Mangkunegaran. Ini merupakan pertaruhan besar dalam kelangsungan budaya yang ada di Mangkunegaran dan budaya yang ada di Jawa. 

"Pastinya pihak keluarga sudah ada calon. Saya yakin keluarga tidak akan gegabah dalam menetapkan pengganti Mangkunegoro," imbuhnya.  

Pasalnya pemangku kadipaten yang (saat ini) komitmen terhadap budaya, adat dan tradisi di Mangkunegaran. Karena kraton Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran merupakan penjaga gawang dari adat dan budaya tradisi di Jawa.

"Karena kedua lembaga ini adalah kiblatnya tradisi orang Jawa," tandasnya.