Teko Berhias Asal Solo Melanglang Buana Ke Berbagai Negara

Fairuz, warga Joyosudiran, Pasar Kliwon Solo, manfaatkan barang perangkat rumah tangga yang tidak terpakai  untuk media lukisannya yang memiliki ciri khas gambar bunga. Piring, teko, lampu minyak, ember hingga drum minyak ditangannya disulap menjadi barang yang memiliki nilai tinggi.


Fery, begitu dirinya biasa dipanggil memulai usahanya baru setahun lalu. Tak disangka bakat melukis yang dimilikinya sejak kecil ternyata bisa dimanfaatkan untuk mencari rejeki. Semula Fery dan suaminya Fadil merupakan pedagang mebel. Namun seiring berjalannya waktu, bisnis yang di gelutinya mulai sepi.

Berbekal modal awal hanya  Rp 100 ribu, Fery mulai berburu perabot rumah tangga bekas di pasar Klitikan Solo. Dipilih perabot bekas karena harganya lebih murah. Sebab jika ongkos produksinya murah harga jualnya tidak terlalu tinggi. Semuanya dilakukan sendiri dibantu suaminya, namun  khusus untuk detail lukisan hanya dirinya yang mengerjakan. Suaminya membantu mengecat untuk dasaran saja.

Sayangnya tidak semua perabotnya kondisinya bagus, terkadang juga barangnya sebagian berkarat. Sehingga harus dibersihkan dengan cara diamplas kemudian di cat ulang  sebagai dasar lukisan sehingga tertutup rapi dan bersih.

"Sebenarnya saya suka melukis. Namun sejak menikah, hoby melukisnya mulai di tinggalkan. Ya mulai lagi bikin sket lukisan sejak setahun lalu," ucap Fery kepada RMOLJateng, Sabtu (25/8).

Alasan kenapa dirinya memilih motif bunga yang menjadi ciri khasnya, karena motif bunga masih jarang digunakan. Banyak produk sejenis dengan desain batik di jual di pasaran.  Namun dirinya tidak membatasi hanya motif bunga saja. Seandainya ada yang memesan dengan desain tertentu dirinya tetap melayani.

"Kalau desain batik misalnya sudah banyak, saya sengaja cari yang berbeda. Dan saya rasa motif bunga bisa diterima oleh semua kalangan. Terbukti bukan hanya masyarakat Indonesia saja. Bahkan masyarakat negara Jepang, Korea juga Australia juga tertarik," jelasnya.

Fery juga sampaikan, tidak ada kendala yang berarti dalam proses pengerjaanya. Kendala yang sebenarnya terkait dengan barang perabotnya yang terkadang sulit didapatkan karena produk lama. Sebenarnya ada barang baru sejenis tetapi harganya mahal. Karena itulah Fery belum berani menerima pesanan dalam jumlah banyak. Dalam sehari dirinya bisa memproduksi 10 lukisan di perabotnya.

"Kadang stok perabotnya yang berkurang. Seperti kemarin ada order 200 item bentuknya beragam, teko, wajan, kaleng krupuk untuk salah satu cafe di Palembang dalam rangka menyambut Asian Games," ucapnya.

Perabot lukis cantik miliknya ditawarkan mulai harga Rp. 50 ribu hingga Rp. 250 ribu tergantung besar kecilnya barang dan kerumitan pembuatannya.  Biasanya perabot berlukisan bunga ini disetorkan ke pasar Triwindu Solo yang menjadi pusat kerajinan barang antik.