Tol Semarang-Demak Seksi I Di Atas Laut, Atasi Banjir Dan Macet Pantura

Akankah Berhasil Tangani Dua Problem Itu?
Tol Semarang-Demak Sebagai Jalan Penghubung Sekaligus Tanggul Laut Ditunggu-Tunggu Bisa Cepat Jadi Untuk Atasi Rob Dan Kemacetan Di Jalur Pantura. Dicky A Wijaya/RMOLJawaTengah
Tol Semarang-Demak Sebagai Jalan Penghubung Sekaligus Tanggul Laut Ditunggu-Tunggu Bisa Cepat Jadi Untuk Atasi Rob Dan Kemacetan Di Jalur Pantura. Dicky A Wijaya/RMOLJawaTengah

Jalan Tol Semarang-Demak Seksi I di Kaligawe, Semarang, sedang dalam proses pembangunan. Infrastruktur nasional ini sayangnya alami kendala pembebasan lahan sehingga pengerjaannya mundur. 


Selain tol, fungsinya juga sebagai tanggul laut penahan rob. Sebab, rob di pesisir Semarang dan Demak setiap tahun semakin parah dan meluas dalam merendam daratan. 

Targetnya pada 2025 tol Semarang-Demak ini bisa selesai dibangun. Pemerintah daerah dan pusat berharap proyek tol ini dapat berhasil mengatasi rob, banjir, dan macet di Jalur Pantura wilayah Semarang dan Demak. 

Lalu, jika sudah jadi besok, apakah Tol Semarang-Demak ini bisa efektif dalam atasi rob dan macet? 

Pengamat Perencanaan Wilayah dan Tata Kota Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang, Dr Mila Karmilah, menilai persoalan sulit, dan butuh puluhan tahun untuk diatasi.

Jika sudah jadi, Jalan Tol Semarang-Demak akan ganda manfaatnya dirasakan masyarakat, tetapi pemerintah dapat memaksimalkan pembangunan dengan mitigasi pesisir. 

"Keberhasilan pembangunan infrastruktur di pesisir kuncinya perencanaan pembangunan dari hasil studi sesuai permasalahan. Untuk membuat infrastruktur, pemerintah telah melalui berbagai model riset, desain, dan hasilnya dengan perhitungan. Tinggal bagaimana agar infrastruktur untuk atasi rob dan macet bisa berhasil. Namun, mitigasi mengembalikan dampak lingkungan di pesisir juga dilakukan bersamaan demi menghindari kerusakan lingkungan," terang Dr Mila. 

Namun, bukan mustahil jika dalam waktu jangka panjang, Mila membandingkan argumen hasil kajiannya, rob pesisir butuh model penanganan berbeda. Kasus di Semarang dan Demak, banjir dan rob terjadi salah satu faktornya adalah penurunan permukaan tanah tak sekedar pasang air laut. 

Padahal, fenomena turunnya permukaan tanah mencapai puluhan sentimeter sulit dikendalikan. Waktunya lama, dan satu-satunya jalan pintas adalah menghentikan pembangunan industri, infrastruktur, atau perumahan penduduk di daerah pesisir pinggir dekat lautan. 

Oleh karena itu, bagi Mila, mustahil jika secepat itu pemerintah bisa merelokasi warga agar pindah ke tempat lain. Terlihat tak mungkin, namun hanya itu saja bagian mungkin dalam mengatasi penurunan permukaan tanah skala besar atau land subsidence di Semarang ataupun Demak serta daerah pesisir utara Jawa Tengah lain. 

"Walaupun bisa dihentikan dampak robnya tapi apakah juga termasuk penurunan muka tanah? Meski pengeboran sumur untuk industri atau rumah tangga berkurang, namun terlanjur tanah di pesisir Semarang, Demak dan sekitarnya amblas turun setiap tahun puluhan sentimeter. Sebenarnya dibilang terlambat tidak juga, tetapi kelewatan ya. Sehingga harus dibenahi menyeluruh. 'Kan pastinya nggak mungkin relokasi warga atau industri seluruhnya dari pesisir. Jadi, infrastruktur sifatnya baru menolong sementara untuk atasi rob. Tetapi, jika hasilnya agar tidak setengah-setengah, jalannya pindahan dengan makna lain pesisir kosong dari aktivitas masyarakat dan industri," terang Mila.