Berbagai macam tradisi masyarakat Tionghoa di Kota Semarang digelar menyambut Tahun Baru Imlek, jatuh pada Minggu (22/1).
- Bakal Dilantik Esok Hari, Berikut Sederet Prestasi dan Kiprah Plt Walikota Semarang
- Pemkot Semarang Tingkatkan Hasil Panen Padi dengan Menggandeng Lembaga Riset
- Warga Perumahan Dinar Indah Semarang Mau Pindah Setelah Tiga Kali Dikepung Banjir
Baca Juga
Salah satunya tradisi Tuk Panjang yang merupakan tradisi untuk menjamu masyarakat di atas meja panjang dengan menyajikan berbagai macam menu makanan khas imlek.
Menu tersebut seperti nasi ulam bunga telang yang berwarna biru sebagai simbol perdamaian dengan didampingi berbagai jenis lauk pauk. Tradisi Tuk Panjang kali ini dihadiri Plt Wali Kota Semarang, Hevearita G. Rahayu bersama jajaran Forkopimda dan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemerintahan Kota (Pemkot) Semarang.
Ita, sapaan akrab Plt Wali Kota Semarang menyampaikan perayaan Tahun Baru Imlek kali ini tidak hanya menghadirkan tradisi Tuk Panjang saja tapi juga perayaan Ji Kau Meh. Tradisi ini adalah tradisi berbelanja di Pasar Gang Baru, dua hari sebelum Imlek dimulai.
"Tadi kami berjalan, belanja di Gang Baru. Ada buto, terong susu. Belanjaan diberikan kepada masyarakat yang merayakan yang masih membutuhkan bantuan," ujar Ita usai menjalani tradisi Tuk Panjang di kawasan Semawis, Jumat (20/1).
Ita menceritakan, tradisi Ji Kau Meh adalah sebuah tradisi untuk mengembalikan rohnya Kota Semarang dalam perayaan Tahun Baru Imlek, yang diikuti dengan tradisi Tuk Panjang.
"Tradisi ini tidak ada di kota manapun, hanya di Kota Semarang saja. Jadi, yang diperlukan adalah bagaimana kita bisa melestarikan. Kami harap tahun depan bisa lebih meriah dan memberikan warna untuk Kota Semarang," harapnya.
Tak hanya melestarikan tradisi leluhur, Ita berharap melalui kegiatan ini juga bisa menjaga kerukunan antar masyarakat dan juga bisa meningkatkan perekonomian yang bisa menimbulkan perputaran ekonomi.
"Dengan kegiatan ini, masyarakat datang dan akan terjadi perputaran ekonomi," tuturnya.
Pecinan yang masuk dalam kawasan Semarang Lama dan berdampingan dengan Kota Lama, Kauman dan Kampung Melayu ini diharapkan bisa terus melestarikan tradisi-tradisi yang ada. Pasalnya tradisi ini merupakan bagian dari sejarah yang memang harus dilelstarikan. Ia juga berharap Gang Baru bisa menjdi jujugan wisata baru di Kawasan Kota Lama.
Sementara itu. Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Harjanto Halim mengungkapkan, adanya perayaan imlek di kawasan Gang Baru ini karena memang asal mula perayaan ini memang ada di Gang Baru.
Harjanto menyebut jika perayaan Tuk Panjang kali ini terbilang cukup sederhana, namun ia bangga karena perayaan ini merupakan substansi filosofi imlek.
"Tuk panjang adalah filosofi yang terdalam dari imlek. Makan malam bersama keluarga yaitu keluarga besar Kota Semarang," jelasnya.
Ia mengatakan dengan dihidupkannya kembali acara berbelanja jelang imlek di Gang Baru juga menjdi titik awal harapan agar kedepan pasar bisa kembali ramai. Bahkan Harjanto mengaku jika saat ini ia tengah berupaya merevitalisasi aset pusaka yakni Pecinan.
"Disini bukan hanya gedung saja, klenteng saja, tapi kegiatan ekonomi jasi warisan pusaka. Jangan sampai pasar gang baru hilang dan punah. Kita harus hidupkan kembali gang baru jadi pusat perbelanjaan dan wisata," pungkasnya.
- Gedung Ki Narto Sabdo Diuji Coba Meski Fasilitas Belum Lengkap
- Tujuh Jabatan Kosong Eselon II Pemkot Semarang Dilelang
- Warga Diminta Tak Panik Berlebihan Menemukan Hewan Liar Sakit