Tren Anak Muda Solo Swafoto Dengan Baliho Mbak dan Mas Berkacamata

Pengamat: Tepat Sasaran
Baliho Bertuliskan Mbak-Mbak Berkacamata Siap Mendampingi Mas-Mas Berkacamata Itu Salah Satunya Terpasang Di Kawasan Flyover Manahan, Solo. Dian Tanti Burhani/RMOLJawaTengah
Baliho Bertuliskan Mbak-Mbak Berkacamata Siap Mendampingi Mas-Mas Berkacamata Itu Salah Satunya Terpasang Di Kawasan Flyover Manahan, Solo. Dian Tanti Burhani/RMOLJawaTengah

Kemunculan baliho bertuliskan Mbak-Mbak Berkacamata Siap Mendampingi Mas-Mas Berkacamata Itu tersebar di sejumlah titik strategis di Kota Solo.


Meski tidak menyebut nama, namun masyarakat langsung memahami sosok yang dimaksud tersebut adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar Kota Solo, Sekar Tandjung, dan Penguasa Pura Mangkunegaran yang biasa disapa Gusti Bhre. Kebetulan kedua generasi muda potensial tersebut memang menggunakan kaca mata. 

Kemunculan baliho tersebut sontak menjadi serbuan anak muda untuk menyalurkan jiwa kreativitasnya di sejumlah media sosial mereka belakangan ini. 

Salah satu aksi yang banyak mengundang senyum adalah mereka membuat aksi dengan berfoto menggunakan background baliho tersebut. 

Bukan itu saja. Mereka juga mengklaim jika sosok berkacamata itu merupakan dirinya. Aksi yang mereka lakukan ini, juga diunggah di story media sosial (medsos). Termasuk di status WhatsApp pribadi mereka.

Salah satu milenial yang mengikuti trend tersebut Anggun Wahyu (22). Dia mengaku, baliho yang dipasang itu cukup unik. Meski dirinya mengetahui, jika sosok Mbak Dan Mas Berkacamata itu mengacu ke sosok seseorang yang akan maju sebagai calon pasangan politik di Kota Solo. 

Dalam postingannya Anggun mengunggah gambar dirinya yang berkacamata dengan caption, ‘Yura, apakah aku yang dimaksud (berkacamata-red)?’. 

“Kalau saya pribadi, itu kreatif banget, ya? Ya, ini cara untuk memperkenalkan diri ke anak muda zaman sekarang. Kan, anak muda sekarang sukanya yang gak flat-flat (biasa saja-red). Ya ini membuat anak muda, untuk berpikir siapa sih sosok itu. Meski pun, sebagian besar pasti sudah tahu arahnya kemana,” ucap Anggun saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (08/08) malam.

Bahkan menurut Anggun keberadaan baliho tersebut justru menjadi sesuatu hal baru yang menarik dan membuat politik menjadi tidak kaku dan makin asyik. 

“Kalau kemasannya seperti itu 'kan, politik jadi terkesan asyik. Gak terkesan kaku, seperti baliho-baliho yang memajang sosok calon yang bakal bertarung di Pilkada Solo nanti,” ungkapnya.

Sebagai warga Solo, dirinya sangat berharap para pemimpin Kota Solo ke depan harus mampu mewadahi keinginan anak muda dan memajukan Kota Solo lebih maju lagi. 

Menanggapi fenomena tersebut, pengamat politik, Akhmad Ramdhon, mengatakan pola komunikasi yang dilakukan berbeda dengan baliho bakal calon pemimpin Kota Solo yang sebelumnya telah muncul. 

Menurutnya, ada pesan komunikasi yang ingin disampaikan ke masyarakat.  Asumsi yang dibangun adalah ini bagian supaya publik diminta untuk menebak. 

"Meski sebenarnya tebakan itu mudah, ketika masing-masing figur tersebut mengkonfirmasi di masing-masing akun media sosial mereka,” ujar Ramdhon. 

Staf pengajar sosiologi Fakulta Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret (FISIP UNS) ini juga mengakui, jika strategis politik yang dilakukan itu sangat menarik karena ini merupakan bagian dari komunikasi yang dilakukan di tingkat partai masih intens. 

“Artinya, jadwal pendaftaran masih di akhir Agustus 2024. Sehingga, upaya ini bisa sebagai sosialisasi awal ke publik,” ungkapnya. 

Saat dimintai pendapatnya terkait banyaknya anak muda yang menggunakan baliho tersebut sebagai background berswafoto dan diunggah ke medsos, Ramdhon mengatakan, bahwa hal itu sebagai indikasi positif meleknya kalangan muda terhadap politik. 

"Hal tersebut  juga menandakan kesadaran para figur untuk menyasar kalangan anak muda agar aktif berpolitik," imbuhnya.

Yang jelas di tahun 2024 di tahun politik, pemilih muda dan pemula itu totalnya lebih dari 50% lebih. Itu berlaku di Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg). Jika ditarik mundur, maka angka terebut akan bertambah. 

Secara spesifik, ini kesadaran para figur memang sengaja untuk menyasar pemilih muda dan pemula.

"Ini salah satu pendekatan soft campaign (kampanye halus) untuk menjangkau sekaligus mempromosikan figur-figur yang akan maju di Pilkada besok,” jelasnya lebih lanjut. 

Baliho Mbak Dan Mas Berkacamata itu, kata Ramdhon, mirip dengan strategi politik yang diterapkan saat Pilpres 2024. Lalu, direplikasi ke tingkat Kota/ Kabupaten mau pun Provinsi. 

“Itu membangun awareness (kesadaran-red) bahwa Pilkada itu adalah bagian yang harus diapresiasi oleh anak muda. Apalagi, figur-figur tersebut juga muda juga ya. Sehingga, strategi itu dipakai juga,” pungkasnya.