Vaksin semprot hidung yang sedang gencar dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, telah mengalami kegagalan dalam proses uji coba pertamanya.
- Maroko Ikut Senang Indonesia Jadi Anggota Tidak Tetap DK PBB
- KBRI Seri Begawan Promosikan Kapal Angkut Indonesia
- Indonesia Dapat Shock Therapy dari AS Karena Kamala Haris Tak Mampir
Baca Juga
Menurut para peneliti di Universitas Oxford, vaksin semprot tersebut tidak memberikan respon imun yang kuat terhadap Covid-19 secara keseluruhan dalam jaringan mukosa hidung atau pun ke seluruh bagian tubuh.
Kepala peneliti, Sandy Douglas mengatakan penyebab dari kegagalan ini karena adanya kemungkinan vaksin tersebut tertelan dan hancur di dalam perut.
Temuan itu kemudian telah dipublikasikan di jurnal akses terbuka eBioMedicine The Lancet, seperti dimuat The Hindustan Times, Selasa (11/10).
Vaksin semprot yang gagal ini telah di uji melalui 30 relawan berusia 18 tahun hingga 40 tahun yang telah direkrut untuk melakukan imunisasi awal, dan pada 12 orang lainnya sebagai vaksinasi booster.
AstraZeneca sendiri pernah berhasil membuat Flumist, vaksin flu serupa dalam bentuk nasal spray, yang selama ini dipandang sebagai alternatif lain dari pemberian vaksin melalui jarum suntik yang berpotensi memberikan perlindungan lebih di lokasi utama serangan virus, yaitu saluran pernapasan.
“Kami percaya bahwa pengiriman vaksin ke hidung dan paru-paru tetap merupakan pendekatan yang menjanjikan, tetapi penelitian ini menunjukkan kemungkinan ada tantangan dalam menjadikan semprotan hidung sebagai pilihan yang andal,” kata Douglas.
Lebih lanjut Douglas dan para peneliti lainnya mengatakan mereka memerlukan waktu lebih banyak lagi untuk mengembangkan vaksin hidung yang menjanjikan ini, yang dapat memblokir penularan virus dari pernapasan menggunakan rute pengiriman yang aman dan praktis dalam skala besar.
Sementara itu studi sebelumnya di China telah mendukung potensi untuk vaksin hidung, dan sebuah versi telah dilisensikan di India, namun data peer-review yang mendukung penggunaan produk tersebut kata Douglas, sampai saat ini belum dirilis. Uji coba di Oxford yang didukung oleh AstraZeneca dan NIHR Pusat Penelitian Biomedis Oxford, telah dimulai pada pertengahan 2021 lalu, dan akan berakhir pada 2022 mendatang.
- Indonesia Kecam Serangan Militer Rusia ke Ukraina
- Inggris Berduka Atas Pembunuhan David Ames
- Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Tidak Melarikan Diri